REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kepala Sekolah SMK Lingga Kencana Depok Sarojih membenarkan biaya yang ditarik kepada pelajar kelas XII untuk acara wisuda dan wisata ke Bandung, Jawa Barat sebesar Rp 800 ribu per anak. Dia mengungkapkan Rp 600 ribu di antaranya dialokasikan untuk transportasi atau travel.
"Kesepakatannya itu kita dari anak-anak Rp 800 ribu, ke travel (biaya transportasi) Rp 600 ribu, yang Rp 100 ribu untuk akomodasi panitia, dan Rp 100 ribu untuk kenang-kenangan guru," kata Sarojih saat ditemui di SMK Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, Selasa (14/5/2024).
Menurut penuturan Sarojih, ada perjanjian hitam di atas putih dengan pihak travel soal angka Rp 600 ribu untuk biaya transportasi itu. Pihak travel yang dimaksud adalah Will In Tour. "Ada. Ada. Ada (perjanjian pihak sekolah dan travel)," ujarnya.
Biaya Rp 600 ribu untuk travel itu, lanjut Sarojih, tak hanya meliputi biaya penggunaan operasional bus Depok-Bandung Pulang Pergi (PP), tetapi juga penginapan saat di Bandung, Jawa Barat.
Menurut penuturan Sarojih, ada 122 pelajar yang ikut dalam acara wisuda dan wisata tersebut. Sebanyak 12 anak di antaranya mendapatkan subsidi dari yayasan karena tidak mampu membayar besaran biaya yang ditentukan. Sehingga jika dihitung, uang yang terkumpul dari siswa untuk sekolah sebanyak Rp 88 juta dengan perhitungan 110 siswa (dikurangi siswa yang mendapatkan subsidi) dikali Rp 800 ribu.
Sedangkan, berdasarkan perhitungan biaya yang dipakai untuk transportasi yang diberikan pihak sekolah kepada pihak travel sebanyak Rp 73,2 juta, dengan perhitungan Rp 600 ribu dikali 122 kepala.
Diketahui jumlah guru yang ikut ke Bandung dalam acara tersebut berjumlah 28 orang. Acara itu berlangsung dua hari dari Jumat-Sabtu (10-11 Mei 2024) di Bandung.
Sebelumnya diberitakan, Rosdiana, Ibu dari Mahesya Putra (18 tahun) yang menjadi korban dalam kecelakaan di Ciater, Subang mengatakan biaya yang ditarik dari sekolah kepada siswa untuk acara wisuda dan wisata ke Bandung sebesar Rp 800 ribu.
"Itu ke Lembang Bandung untuk wisuda dan untuk wisatanya ke Tangkuban Perahu biayanya Rp 800 ribu," kata Rosdiana kepada Republika.
Namun, Rosdiana tidak mengetahui perincian uang ratusan ribu tersebut dialokasikan untuk keperluan apa saja. Termasuk alokasi untuk transportasi dari Depok ke Bandung dan atau Subang serta kembali lagi ke Depok. "Enggak dikasih tahu buat ini (alokasi perinciannya)," ujar Rosdiana.
Menurut penuturan dan sepengetahuannya, acara wisuda di sekolah anaknya baru kali ini dilakukan di luar kota. Biasanya acara hanya diadakan di dalam sekolah atau setidak-tidaknya di kawasan Depok.
Karena kali ini diadakan di luar Depok, sebelum acara itu diadakan memang ada pertemuan antara pihak sekolah dengan wali murid untuk membahasnya. Rosdiana bercerita mulanya rencana acara wisuda bukan di Bandung, melainkan di Yogyakarta.
"Iya rapat dulu, waktu itu sih pertamanya ke Yogyakarta, cuman kondisi keuangan wali murid kurang, termasuk saya. Saya juga kurang setuju kalau ke sana, kejauhan, akhirnya Bandung sepakat," tutur Rosdiana.
Lantas, usai wali murid sepakat, akhirnya diserahkan kepada para siswa. Dan kesepakatan itu didapat, hingga akhirnya jadwal wisuda ke Bandung terealisasi.
"Dikembalikan lagi ke anak-anak. Iya (Rosdiana tidak ada keberatan) Namanya orang tua (menuruti keinginan anak)," ujar dia.
Nahasnya, acara yang mestinya menyenangkan itu rupanya menjadi momen paling menyedihkan dalam hidup Rosdiana. Anaknya menjadi satu dari 11 korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan bus di Jalan Raya Ciater, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024).
Mendung seolah bernaung di wilayah Depok pada Ahad (12/5/2024). Para korban kecelakaan akhirnya dimakamkan. Mahesya dimakamkan di di Taman Pemakaman Umat Islam Parungbingung, Rangkapanjaya Baru, Pancoran Mas, Depok Jawa Barat pada Ahad siang.