Senin 13 May 2024 22:06 WIB

'Seberapa Pun Santunan dan Perhatian Enggak Bisa Kembalikan Anak Saya'

Ibu Mahesya minta kecelakaan yang menewaskan anaknya diusut tuntas.

Rep: Eva Rianti/ Red: Indira Rezkisari
Pelajar berjalan di dekat karangan bunga di SMK Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, Senin (13/5/2024). Pasca kecelakaan bus rombongan pelajar di Ciater, Subang, Jawa Barat, yang menewaskan 11 orang tersebut, sekolah itu tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa meskipun sedang dalam masa berkabung.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelajar berjalan di dekat karangan bunga di SMK Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, Senin (13/5/2024). Pasca kecelakaan bus rombongan pelajar di Ciater, Subang, Jawa Barat, yang menewaskan 11 orang tersebut, sekolah itu tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa meskipun sedang dalam masa berkabung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rosdiana masih sangat berduka atas berpulangnya sang anak lelaki satu-satunya, Mahesya Putra (18 tahun) yang menjadi korban kecelakaan bus di Jalan Raya Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Meski perhatian dari berbagai pihak bergulir, Rosdiana tak bisa membendung duka yang mendalam karena baginya tak ada yang lebih berharga daripada nyawa buah hatinya.

 

Baca Juga

Rosdiana mengenang sosok Mahesya yang telah merancang masa depannya usai lulus dari SMK Lingga Kencana Depok. Mahesya bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan juga bekerja untuk membantu membiayai hidup keempat adik perempuan.

 

Namun, acara wisuda di Bandung, Jawa Barat yang semestinya jadi momen yang indah dan terkenang bagi Mahesya, malah berujung maut. Mahesya menjadi salah satu dari 11 korban meninggal dunia atas insiden di Jalan Raya Ciater, Subang, Sabtu kemarin.

Kepergian Mahesya dalam acara wisuda itu menjelma acara perpisahannya dengan sang ibu dan keluarga. Rosdiana tak menyangka Ahad (12/5/2024) siang adalah hari terakhir ia melihat sosok sang anak di dunia dan harus berbesar hati mengikhlaskannya untuk istirahat selama-lamanya di Taman Pemakaman Umat Islam Parungbingung, Rangkapanjaya Baru, Pancoran Mas, Depok Jawa Barat.

Selepas hari yang penuh tangis itu, Rosdiana bercerita banyak pihak yang memberikan perhatian pada keluarganya atas kematian Mahesya. Mulai dari pihak sekolah, pemerintah setempat, hingga perusahaan pengelola asuransi kecelakaan lalu lintas.

"Pihak sekolah sudah meminta maaf, lalu wali kota (Depok), kemudian perusahaan Jasa Raharja sudah menghubungi dan datang ke rumah. Juga dari Dinas Sosial. Tanggung jawabnya ada," kata Rosdiana saat dihubungi Republika dari Jakarta, Senin (13/5/2024).

Rosdiana mengatakan, ada sejumlah uang santunan yang diterimanya dari berbagai pihak tersebut. Dia mengaku berterima kasih atas perhatian tersebut.

"Menurut saya Alhamdulillah banget karena sebagai orang tua Mahesya merasa diperhatikan," tuturnya.

"Namun, sebesar apapun (santunan) enggak bisa mengembalikan anak saya lagi," lanjut Rosdiana dengan nada parau dan sedikit terisak-isak.

Rosdiana mengaku tidak menuntut atas kejadian nahas yang dialami Mahesya. Sebab bagaimanapun, acara wisuda di luar kota tersebut sudah atas kesepakatan bersama antara sekolah dan wali murid. Dia hanya berharap agar insiden itu bisa diusut tuntas, dan lantas tidak terjadi lagi di kemudian hari.

"Yang saya harapkan sih seandainya pergi keluar kota lagi wisudanya ya lebih berhati-hati lagi, dan juga lebih dipersiapkan dengan maksimal. Lebih baik lagi pokoknya jangan sampai terjadi seperti ini lagi," tutur Rosdiana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement