REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK — Salah satu korban selamat kecelakaan maut bus Trans Putera Fajar, Dea Safitri, masih trauma dengan musibah yang menimpanya. Dia harus menerima kenyataan sembilan teman dan satu gurunya di SMK Lingga Kencana Depok tidak selamat. Hingga saat ini, Dea kerap bengong mengingat teman-temannya yang berpulang ke pangkuan Illahi.
“Kalau kondisi mah badan pada sakit, trauma masih. Masih suka bengong, kadang kalau kita nggak ajak ngomong itu suka bengong saja. Mungkin masih keingat teman-temannya,” ujar Devi (33 tahun) kakak korban selamat Dea Safitri, kepada awak media, Senin (13/5/2024).
Dia menceritakan pada saat adiknya selamat dari kecelakaan yang merenggut 11 nyawa tersebut. Pada saat kejadian, Dea mengaku duduk di kursi di belakang sebelah kiri, bangku ketiga dari pintu bangku ketiga.
Dea sempat berpegangan tapi kemudian tidak sadarkan diri. Dia baru sadar ketika bus yang ditumpanginya sudah terguling.
“Dia baru sadar pas sudah jatuh ke pinggir kanan. Dia jatuh, sempat nggak sadar kayaknya, pas temannya panggil Dea... Dea..., dia langsung bangun dan keluar lewat sela-sela sela AC itu, atas AC, itu sudah dijebol sama temannya,” ungkap Dea Safitri.
Dea sendiri hanya mendapatkan luka ringan. Sementara korban meninggal ada 11 orang, sembilan di antaranya siswa dan satu orang guru SMK Lingga Kencana Depok, serta satu orang warga Subang, Jawa Barat.
Kecelakaan maut ini terjadi di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) sekitar pukul 18.45 WIB.