REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ketua Umum Artha Graha Peduli Heka Hertanto
JAKARTA -- Indonesia termasuk negara yang rawan bencana. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera Jawa Nusa Tenggara Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Menurut Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR), Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia mulai gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Melansir dari World Risk Report (WRR, 2023) Indonesia menempati angka kedua dengan sebagai negara dengan risiko bencana alam tertinggi kedua sedunia.
Indonesia tercatat memiliki world risk index (WRI) sebesar 43,5 dari 100. Selisih yang cukup tipis jika dibandingkan dengan Filipina pendahulunya di angka 46.86. Posisi ketiga ialah India di angka 41.52, ke empat Meksiko di angka 38.17, Kolombia berada di angka kelima 37.64, angka enam ialah Myanmar 36.16, angka tujuh yakni Mozambik 34.61, angka delapan ialah Rusia 28.2 dan selanjutnya ialah Bangladesh berada di angka 27.29.
Sebagimana diketahui 10 daftar negara dengan jumlah gempa bumi terbanyak sepanjang 2023 lalu; Indonesia: 2.205 kejadian, Meksiko: 1.833 kejadian, Filipina: 1.336 kejadian, Chile: 924 kejadian, Jepang: 879 kejadian, Turki: 874 kejadian, Papua Nugini: 798 kejadian, Guatemala: 756 kejadian, Suriah: 738 kejadian, Peru: 577 kejadian.
Sementara, untuk bencana alam tsunami, Indonesia peringkat pertama dari 265 negara dengan 5.402.239 orang terkena dampaknya. Mengalahkan Jepang (4.497.645 korban), Bangladesh (1.598.546 korban), India (1.114.388 korban), dan Filipina (894.848 korban). Melihat tingginya potensi bencana yang ada di Indonesia tentunya akan menjadi ancaman serius karena dapat merusak sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyakat. Diperlukan rangkaian upaya strategis untuk melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk menghadapi kerentanan bencana tersebut.
Hidup harmoni bersama ancaman bencana
Jadi, buat masyarakat Indonesia tidak ada pilihan lain, kecuali hidup harmoni dengan bencana gempa bumi dan tsunami. Justru, upaya untuk hidup harmoni tersebut akan memperkecil dampak bencana tersebut, sehingga terbentuknya ketangguhan terhadap kejadian bencana.
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai saat ini masih sulit untuk diperkirakan kedatangannya. Gejala alam ini sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini, ketika usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil, maka usaha yang paling baik adalah dengan mitigasi. Intinya, berusaha mengurangi kerugian yang kemungkinan akan ditimbulkan oleh bencana tersebut dengan meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam gempa bumi sehingga risiko bencana alam dapat dikurangi.
Walau datangnya gempa tidak dapat diperkirakan, tetapi ada beberapa gejala alam yang patut dicermati dan dianggap sebagai tanda akan adanya gempa bumi. Kemampuan untuk dapat mengenali tanda-tanda alam dapat menjadi kearifan lokal atau local knowledge masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Yang pertama adalah adanya awan yang berbentuk aneh seperti batang yang berdiri secara lurus ke atas. Hal ini kemungkinan besar merupakan awan yang disebut awan gempa yang biasanya muncul sebelum terjadinya gempa. Awan berbentuk seperti batang ini terjadi karena adanya gelombang elektromagnetis berkekuatan sangat besar dari dalam perut bumi sehingga menyerap daya listrik yang ada di awan.
Gelombang elektromagnetis ini terjadi akibat adanya pergeseran patahan lempeng bumi. Tetapi tidak semua awan yang berbentuk seperti itu adalah awan gempa, mungkin saja itu adalah asap dari pesawat terbang. Jika ada tanda seperti itu maka perlu untuk diwaspadai. Untuk lebih meyakinkan lagi maka dapat dilakukan uji medan elektromagnetik.
Yang kedua adanya medan elektromagnetik di sekitar kawasan yang berpotensi gempa. Gelombang tersebut memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Medan elektromagnetik dapat diuji dengan cara melihat siaran televisi apakah tiba-tiba salurannya terganggu tanpa sebab apapun. Jika kurang yakin, dapat melakukan uji medan elektromagnetik dengan cara lain. Dengan mematikan arus listrik dan melihat apakah lampu neon tetap menyala redup/remang walaupun sudah tidak dialiri listrik.
Yang ketiga adanya perilaku hewan-hewan yang tidak biasa atau tidak normal menjadi pertanda akan kemungkinan terjadinya gempa. Hewan-hewan tersebut biasanya bertingkah aneh atau gelisah menjelang terjadinya gempa.Sebab hewan memiliki naluri yang sangat tajam dan mampu merasakan gelombang elektromagnetis.
Jika melihat tanda-tanda seperti itu secara bersamaan sebaiknya perlu waspada. Harus segera dilakukan tindakan pencegahan dan sebisa mungkin melakukan tindakan penyelamatan diri. Tetapi, jika gempa telah tiba dan sama sekali belum siap, maka selain berdoa dan pasrah masyarakat harus cepat-cepat keluar ruangan menuju ke tempat yang lapang.
Jika sudah di luar ruangan tetaplah tinggal di luar dan berusahalah berada di tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan, tembok-tembok,atau saluran-saluran kabel listrik. Usahakan jangan masuk ke dalam rumah atau bangunan.
Apa yang dapat dilakukan jika berada di dalam gedung dengan banyak orang? Sebaiknya tidak perlu panik dan ikut berdesak-desakan keluar. Jika itu yang terjadi maka,siapapun akan terinjak-injak banyak orang dan tertimpa runtuhan bangunan.
Sebaiknya yang perlu dilakukan adalah berlindung di bawah meja atau mebel yang kokoh atau mencari sesuatu yang dapat melindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan. Jika suasana telah tenang dan aman usahakan untuk keluar ruangan dan mencari tempat yang lebih aman lagi.