REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Hujan emas di negeri orang, pernah menjadi impian Masiroh (38 tahun), seorang warga Desa Pranggong, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu. Karena itulah, dia bertekad pergi bekerja ke luar negeri, dengan harapan bisa memperoleh pundi-pundi uang untuk meningkatkan perekonomian keluarganya.
Masiroh pun berangkat bekerja ke luar negeri pada 2001 silam. Saat itu, dia baru lulus sekolah dasar (SD). Di usianya yang kala itu masih sangat belia, Masiroh berangkat ke Suriah dengan cara ilegal. Dia meninggalkan tanah air dengan menggunakan kapal laut.
Sesampainya di Suriah, Masiroh dipekerjakan di salah satu keluarga. Namun sayang, majikan tempatnya bekerja tidak memperlakukannya dengan baik. Dia mengaku kerap mendapat pukulan. Bahkan, gaji yang menjadi haknya juga tidak dibayar.
"Saya kerja di majikan pertama itu selama empat tahun,’’ kata Masiroh, Senin (6/5/2024).
Masiroh kemudian sempat berpindah-pindah majikan. Namun yang memilukan, seluruh gajinya selama kerja bertahun-tahun diambil oleh majikan pertamanya.
"Setelah (bekerja di majikan pertama) itu pindah kerja (ke majikan kedua) selama tiga tahun, bayarannya sama majikan yang pertama itu diambil. (Bekerja di majikan) yang ketiga, tiga tahun lagi, dan gajinya juga diambil lagi oleh majikan yang pertama,’’ keluh Masiroh.
Itu berarti, selama sepuluh tahun bekerja, Masiroh tidak menerima upah atas jerih payahnya. Dia kemudian pindah bekerja di majikan lain. Di majikan keempat itulah, nasibnya membaik.
Di majikan yang keempat, Masiroh bisa memperoleh gaji meski awalnya gajinya tetap masih diminta oleh majikan yang pertama. Namun selanjutnya, majikan yang keempat itu menolak dan ingin membayarnya langsung kepadanya.
Selain tidak bisa memperoleh gaji sejak awal bekerja, derita Masiroh semakin bertambah karena Suriah kemudian dilanda peperangan. Hal itu dialaminya saat bekerja di majikan yang ketiga.
"Waktu di majikan yang ketiga terjadi peperangan, aku takut. Pas perang itu aku pergi sama majikan. Alhamdulillah Allah masih melindungi sehingga aku nggak ada yang luka,’’ kata Masiroh.
Hilang kontak sejak 2002
Sementara itu, adik kandung Masiroh, yakni Abdul Siraj, mengatakan, pihak keluarga awalnya masih bisa berkomunikasi dengan Masiroh pada 2001. Namun pada 2002, pihak keluarga tidak bisa lagi berkomunikasi dengan Masiroh.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pihak keluarga agar bisa mengetahui kabar Masiroh. Namun, keberadaan Masiroh tetap tidak diketahui hingga akhirnya pihak keluarga mengikhlaskan dan menganggapnya sudah meninggal dunia.
"Kami sudah menggelar tahlilan. Bahkan kalau ada acara tahlilan apapun itu, kami selalu mengirim doa untuk Masiroh,’’ tutur Abdul Siraj.
Meski pihak keluarga sudah menganggap Masiroh meninggal dunia, namun mereka tetap berharap ada keajaiban agar Masiroh masih hidup dan bisa pulang kembali ke kampung halaman.
Harapan pihak keluarga pun terwujud pada 2023 silam. Pihak keluarga mendapatkan kabar dari seorang YouTuber tentang kondisi Masiroh. "Ada seorang YouTuber yang videoin permasalahannya, diterangin secara detail. Alhamdulillah ada perkembangan pas 2023 bulan Juni, terus langsunglah sama majikan keempat itu ada komunikasi lewat video call,’’ jelasnya.
Video tentang kondisi Masiroh pun viral di media sosial. Dia kemudian akhirnya bisa kembali pulang dan tiba di tanah air pada Senin (29/4/2024) malam.
Abdul Siraj mengungkapkan, hingga saat ini Masiroh masih mengalami trauma yang mendalam akibat penyiksaan majikan dan peperangan di Suriah. Kakaknya itu juga tidak lagi fasih berbahasa Indonesia karena terlalu lama meninggalkan Tanah Air.
"Tapi keluarga sangat bersyukur karena kakak saya sudah pulang dalam keadaan sehat walafiat. Alhamdulillah-nya lagi bawa uang dari majikan yang terakhir,’’ ucapnya.