Rabu 01 May 2024 17:12 WIB

Desentralisasi Sampah di Yogya, Tokoh Masyarakat Diajak Turus Beri Edukasi

Tokoh masyarakat menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan di masyarakat.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Gita Amanda
Sampah berserakan di sekitar kawasan Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta, (ilustrasi)
Foto: Republika/ Silvy Dian Setiawan
Sampah berserakan di sekitar kawasan Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Desentralisasi pengelolaan sampah secara mandiri di Provinsi DIY mulai diberlakukan sejak Mei 2024 ini. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pun mengajak tokoh masyarakat untuk turut berkontribusi dalam memberikan edukasi terkait pengelolaan sampah. 

Hal tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat menghadiri syawalan di Kelurahan Kricak, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024) kemarin. Singgih menegaskan, tokoh masyarakat menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan di masyarakat. 

Baca Juga

Berbagai program untuk pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta sendiri sudah dijalankan. Meski begitu, peran serta masyarakat tetap dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan sampah perkotaan di Kota Yogyakarta. 

“Saya pesan untuk warga di Kelurahan Kricak ikut membantu pemerintah dalam mengelola sampah dari rumah tangga, sehingga seperti program Mbah Dirjo, Bank Sampah, Losida, Biopori yang menjadi upaya pemerintah dalam memberikan edukasi dapat diolah dengan maksimal,” kata Singgih.

Singgih menuturkan, tidak hanya mengolah sampah, tetapi budaya ‘nyampah’ diharapkan tidak terjadi di Kota Yogyakarta. Hal ini mengingat usai libur Lebaran kembali ditemukan penumpukan sampah di sejumlah titik di Kota Yogyakarta. 

“Kita sudah membangun 3 TPST yang siap mengolah setidaknya 25-45 ton per hari. Saya harap masyarakat juga ikut memaksimalkan mengolah sampah melalui program-program yang sudah diberikan,” ucap Singgih. 

Singgih sudah mengatakan sebelumnya bahwa Pemkot Yogyakarta melakukan desentralisasi pengolahan sampah di tiga lokasi yang sudah disiapkan. Mulai dari TPS3R Nitikan, Nitikan 2 atau Kranon, dan di Karangmiri.  

TPS3R Nitikan sudah disebut dengan TPS RDF mengingat produk utama yang dihasilkan dari pengolahan sampah di lokasi tersebut yakni refuse derived fuel (RDF) dan kompos. Di TPS RDF Nitikan dapat mengolah sampah 60 ton per hari. Bahkan, jika dioptimalkan dapat mengolah sampah hingga 75 ton per hari. 

“Nitikan 2 juga akan akan mulai operasional insya Allah di awal Mei atau akhir April (2024) ini. saya prediksi awal Mei, disana sudah terpasang peralatan satu modul mesin RDF, sekarang sudah diinstalasi. Insya Allah dalam minggu ini semoga bisa terpasang hanggarnya, nanti akan segera dilakukan uji coba,” kata Singgih.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement