Senin 28 Aug 2023 23:34 WIB

Pj Wali Kota Yogyakarta Yakin Masalah Sampah tak Pengaruhi Pariwisata

Masyarakat dan pelaku usaha diminta mengurangi kemasan sekali pakai.

Truk pengangkut sampah membongkar muatan di TPST Tamanmartani, Sleman, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Pemkab Sleman mulai mengoperasikan TPST Tamanmartani, Kalasan, Sleman untuk pembuangan sampah untuk 45 hari ke depan. Lokasi TPST ini nanti akan  menampung 50 ton sampah. Pada hari pertama pengoperasian sebanyak 5 truk sampah yang membongkar muatan, selanjutnya targetnya 10 truk setiap harinya.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Truk pengangkut sampah membongkar muatan di TPST Tamanmartani, Sleman, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Pemkab Sleman mulai mengoperasikan TPST Tamanmartani, Kalasan, Sleman untuk pembuangan sampah untuk 45 hari ke depan. Lokasi TPST ini nanti akan menampung 50 ton sampah. Pada hari pertama pengoperasian sebanyak 5 truk sampah yang membongkar muatan, selanjutnya targetnya 10 truk setiap harinya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo meyakini masalah pengelolaan sampah yang muncul di wilayah ini tidak memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan.

"Sampai hari ini saya belum mendapatkan laporan atau data yang riil terkait dengan apakah kemudian dengan adanya permasalahan sampah di Kota Yogyakarta, wisatawannya terus nenurun," kata Singgih, Senin (28/8/2023).

Baca Juga

Berdasarkan laporan dari para pelaku usaha perhotelan, menurut Singgih, okupansi atau tingkat hunian hotel di Kota Yogyakarta masih normal. "Saya tanyakan okupansi masih bagus," kata dia.

Meski tidak memengaruhi secara langsung terhadap wisatawan, Singgih mengimbau kepada seluruh pelaku pariwisata di Kota Yogyakarta membantu menyosialisasikan kepada wisatawan untuk mendukung pengelolaan sampah.

"Hotel kami berikan kewenangan secara mandiri mengolah sampahnya atau bekerja sama dengan pihak lain. Kalau hotel punya lahan mungkin bisa membuat biopori, tapi kalau tidak punya lahan cukup kerja sama dengan pihak lain," kata dia.

Singgih sebelumnya juga telah menandatangani surat edaran kepada masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan pengurangan kemasan sekali pakai. "Saya sudah tandatangani surat edaran, kemudian toko-toko juga membatasi kantong plastik. Itu juga kami masukkan dalam surat edaran," kata Singgih.

Singgih menyebut gerakan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja atau disingkat "Mbah Dirjo" efektif menurunkan sampah organik mencapai 50 sampai 60 ton per hari. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta sampah yang dibuang ke TPA Regional Piyungan, Bantul menurun dari sebelumnya 100 ton per hari menjadi 95 ton per hari.

"Saya kira ini tidak memengaruhi secara langsung terhadap wisatawan," kata dia.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan sebanyak 480 anggota PHRI DIY telah melakukan aktivitas memilah dan memilih sampah baik organik maupun nonorganik sesuai dengan standar prosedur operasi (SOP) serta sertifikasi hotel yang harus dipenuhi.

Sebagian restoran dan hotel anggota PHRI DIY juga telah menginisiasi program diskon 10-20 persen khusus bagi pembeli makanan maupun minuman yang membawa wadah atau tempat makan dari rumah demi mengurangi sampah. Menurut dia, rata-rata okupansi hotel di DIY pada Juni 2023 mencapai 70 sampai 80 persen kemudian pada Juli 2023 menurun menjadi 60 persen dan pada Agustus 2023 di kisaran 50 persen.

Meski demikian, Deddy tidak dapat menyebut penurunan hunian itu dipengaruhi persoalan pengelolaan sampah di Yogyakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement