Senin 01 Apr 2024 06:02 WIB

Warga Minta Pemda, TNI, Hingga Pengembang Sinarmas Tanggung Jawab

Insiden ledakan di Gudmurah Kodam Jaya, Ciangsana menimbulkan trauma bagi anak-anak.

Rep: Ali Mansur/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua RW 051 Klaster Visalia, Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Fendhi Munawan (bertopi).
Foto: Republika/ALI MANSUR
Ketua RW 051 Klaster Visalia, Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Fendhi Munawan (bertopi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ledakan Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya di Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (30/3/2024) malam WIB, dampaknya sampai ke permukiman warga, termasuk Perumahan Visalia di Kota Wisata, Cibubur yang berjarak radius 200 meter dari pusat ledakan.

Selain membulkan kerusakan, juga masih ditemukan sejumlah granat dan selongsong mortir pascapenyisiran Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Kompi Zeni TNI AD. Ketua RW 051 Perumahan Visalia, Fendhi Munawan berharap, aparat melakukan sisir ulang untuk mencari bahan peledak lain yang mungkin tertinggal.

Baca: Mengenal Pangdam Jaya Mayjen M Hasan, Eks Pengawal Jokowi

"Kami mengharapkan penyisiran kembali di klaster kita tadi sudah dilakukan tim jihandak. Namun dalam beberapa waktu ke depan setelah tadi kami masuk pulang kami masih menemukan beberapa. Jadi artinya mungkin masih ada belum ketemu pada saat mereka menyisir," kata Fendhi kepada awak media, di Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024).

Selain itu, kata Fendhi, warga juga menuntut pemulihan dari segi materi. Sejauh ini, tercatat sebanyak 33 kepala keluarga (KK) yang sudah menyampaikan kerusakan rumah mereka kepada apara terkait.

Bahkan tidak sedikit atap rumah warganya yang bolong dan tembus ke plafon akibat kejatuhan selongsong mortir serta beberapa tembok mereka mengalami keretakan. Parahnya lagi, ia menduga, ada beberapa yang pondasi terdampak sehingga sangat membahayakan.

Baca: TNI AU Gunakan Super Hercules Kirim Bantuan untuk Rakyat Gaza

"Kami mengharapkan bisa bertemu dengan pihak TNI karena warga sudah mulai menanyai saya gimana ini Pak RW rumah saya dalam keadaan kondisi kayak gini semua retak-retak pecah," ucap Fendhi.

Selanjutnya, Fendhi juga meminta pemerintah daerah (pemda), TNI, atau Sinarmas selaku pengembang klaster Visalia untuk tanggung jawab, dengan memberikan program treatment kepada keluarga penghuni. Sebab insiden ledakan hebat tersebut menimbulkan trauma mendalam terhadap warganya, khususnya anak-anak.

Dia berharap, dengan adanya program trauma healing maka dapat membuat warganya kembali nyaman tinggal di rumahnya. "Setelah buka puasa setelah Maghrib anak-anak mereka, istri semua mereka nangis," ucap Fendhi.

"Karena ledakannya sangat keras rumah kita itu kacanya semuanya bergetar jadi plafon turun semua kaca pecah jadi itu yang mengakibatkan anak-anak nangis histeris dan kemudian trauma mereka bahkan sampai saat ini takut," ucap Fendhi menambahkan.

Baca: Panglima Ganti Kabais TNI serta Pangdam Kasuari dan Sriwijaya

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyebut sekitar 65 ton amunisi yang meledak menimbulkan kebakaran hebat terdiri berbagai macam ukuran. Beruntung dalam peristiwa ledakan yang diikuti kebakaran gudang amunisi tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

"Tidak ada, jadi memang tertutup rapat di-bunker. Memang antisipasi meledak itu sudah kita antisipasi mangkanya kita buatnya di-bunker, bawaj tanah dan dipakai tanggul sehingga aman kalau meledak," kata Agus.

Selain itu sebagai antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka bunker penyimpanan amunisi yang sudah kedaluwarsa tersebut tidak mendapatkan aliran listrik. Namun memang amunisi tersebut sangat sensitif dan labil. Sehingga jika terkena gesekan atau panas dapat memicu ledakan.

"Di dalam penggudangan itu tidak ada listrik. Jadi, memang steril, tidak ada kelistrikan, tidak ada karena itu memang sangat sensitif," terang eks KSAD tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement