Kamis 28 Mar 2024 13:22 WIB

Tujuh Tahun Direvitalisasi, Masjid Agung Kota Bogor Diresmikan

Revitalisasi Masjid Agung sejak 2016 menggunakan anggaran sebesar Rp 113,3 miliar.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Suasana peresmian Masjid Agung Kota Bogor pada Kamis (28/3/2024).
Foto: Antara/Shabrina Zakaria
Suasana peresmian Masjid Agung Kota Bogor pada Kamis (28/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Masjid Agung Kota Bogor, Jawa Barat di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Cibogor, diresmikan setelah dilakukan revitalisasi selama tujuh tahun. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, masjid tersebut sebenarnya pertama kali dibangun pada 1987

Kala itu, pembangunan masjid karena dorongan masyarakat ingin memiliki tempat ibadah megah di pusat kota dan berdampingan dengan Gereja Katedral dan Zebaoth. Masjid Agung Kota Bogor, menurut Bima, lokasinya strategis, karena berdekatan dengan alun-alun atau dulunya Taman Topi dan pasar.

Karena kebutuhan jamaah meningkat, sambung dia, masjid tersebut pada 2016 mulai dibangun ulang. "Pembangunan masjid ini selama tujuh tahun penuh dengan dinamika ada catatan. Ada yang tidak amanah, sesuai aturan dan norma. Insya Allah jadi pembelajaran bagi kita semua," ujar Bima dalam sambutannya di Masjid Agung Kota Bogor, Kamis (28/3/2024).

Baca: Danjen Kopassus Djon Afriandi Resmi Berpangkat Mayjen

Bima menjelaskan, selama tujuh tahun, revitalisasi Masjid Agung menggunakan anggaran sebesar Rp 113,3 miliar. Dia berharap, masjid itu bisa memberikan keberkahan bagi warga Kota Bogor. "Tentu ini bukan soal keinginan punya masjid yang megah dan bagus, tapi punya masjid yang makmur dan penuh makna."

Bima menjelaskan, Masjid Agung Kota Bogor dikelilingi oleh pusat kegiatan masyarakat. Mulai Alun-Alun Kota Bogor, Pasar Kebon Kembang, hingga Stasiun Bogor.

"Kita berharap masjid ini tidak saja jadi pusat ibadah, tapi pusat pemberdayaan umat secara ekonomi, pusat kegiatan sosial dan pusat peradaban. Masjid ini akan memberikan manfaat dan berkah bagi warga sekitar dan Kota Bogor," ujar ketua DPP PAN tersebut.

Bahkan, kata Bima, masjid itu bisa menjadi tempat berkumpul yang nyaman tidak hanya untuk para ulama. Tapi juga antara ulama, umara, dan pemimpin kota, sehingga bisa menjadi kawah Candradimuka bagi pemimpin di masa depan.

"Di masjid inilah terjadi dialektika, diskusi, pengajian dan hal-hal yang memberikan pencerahan bagi anak muda yang islami dan qurani," kata Bima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement