REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Direktur Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad menyoroti soal meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, secara global kasus DBD di Brazil bahkan sudah tercatat mencapai 1 juta kasus dari awal tahun lalu.
"DBD memang sedang mengalami trend peningkatan," kata Riris kepada Republika, Rabu (27/3/2024).
Menurutnya peningkatan kasus DBD kemungkinan besar terjadi akibat dampak El Nino. Adanya El Nino menyebabkan peningkatan suhu global maupun curah hujan yang cukup besar di ujung el Nino.
"Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bukti bahwa El Nino menyebabkan meningkatnya risiko penularan dengue," ucapnya.
Riris menepis anggapan yang menyebut bahwa teknologi wolbachia tak efektif dalam menurunkan kasus DBD. Ia menjelaskan bahwa daerah yang mendapatkan intervensi Wolbachia baru di daerah yakni Yogyakarta, Sleman dan Bantul.
"Meskipun ada lonjakan kasus dengue, tetapi tidak terlalu besar dibandingkan daerah lain," ungkapnya.
Diketahui per tanggal 26 Maret kasus DBD di Kota Yogyakarta tercatat mencapai 49 kasus. Sedangkan di Kabupaten Sleman tercatat mencapai 70 kasus.
"Hasil penelitian kami sebelumnya menunjukkan bukti bahwa teknologi Wolbachia menurunkan kasus dengue hingga 77 persen. Jadi tanpa teknologi Wolbachia kemungkinan kasus dengue di Kota yogyakarta akan 5 kali lebih besar," ujarnya.