REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peluang curah hujan mulai berkurang di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pertengahan bulan Ramadhan 1445 Hijriyah. Sebelumnya, terjadi cuaca ekstrem di provinsi tersebut.
"Peluang curah hujan berkurang, tetap waspada potensi bencana," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat Nindya Kirana dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Kamis (21/3/2024).
Pada dasarian III Maret 2024 (21–31 Maret 2024) diprediksi hampir seluruh wilayah NTB masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebih dari 50 milimeter/dasarian dengan probabilitas 50-80 persen di Pulau Lombok bagian tengah hingga utara, Sumbawa bagian utara dan Tambora. "Potensi hujan lebat tidak ada," katanya.
Hasil monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+1.59) terpantau berada pada kondisi El Nino sedang atau kondisi El Nino sudah berlangsung selama 30 dasarian. Prediksi indeks ENSO secara gradual akan beralih menjadi netral mulai pada Mei, Juni, Juli (MJJ) 2024. "Sedangkan nilai anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD netral (0.19). Kondisi IOD netral setidaknya hingga pertengahan tahun 2024," katanya.
Aliran masa udara didominasi angin baratan, belokan angin terjadi di sepanjang ekuator. Sistem tekanan rendah terlihat di perairan selatan Papua.
Angin Baratan/Monsun Asia diprediksi terus aktif hampir di seluruh wilayah Indonesia pada April 2024, namun mulai bulan April, angin dari tenggara mulai aktif terutama di atas Jawa, Bali, NTB-NTT, dan Papua Selatan. MJO aktif di fase 3 dan 4 (samudera Hindia bagian timur dan wilayah Indonesia bagian barat).
"MJO berkaitan dengan potensi peningkatan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk wilayah NTB," katanya.