Senin 11 Mar 2024 15:52 WIB

Mengapa Terjadi Anomali Teori Efek Ekor Jas, Ganjar-Mahfud Kalah di Bali?

Teori efek ekor jas tidak berlaku di Bali saat PDIP unggul, Ganjar-Mahfud kalah.

Petugas melaksanakan rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 di tingkat kecamatan di Denpasar, Bali, Selasa (20/2/2024). Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali melanjutkan kembali tahapan rekapitulasi penghitungan suara pemilu presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota tingkat panitia pemilihan kecamatan (PPK) di seluruh wilayah Bali setelah sempat dihentikan sementara sejak Ahad (18/2) karena proses sinkronisasi data Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap).
Foto:

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin juga menyoroti kekuatan partai politik (parpol) di Provinsi di Bali dibandingkan sosok capres-cawapres yang dicalonkan dalam Pilpres 2024. “Soal identitas partai atau kekuatan PDIP jago di Bali karena Bali itu ‘merahnya’ sangat jelas. Karena trah Soekarno (Presiden RI ke-1 yang juga ayah pendiri PDIP Megawati Soekarnoputri) leluhurnya di Bali, jadi secara identitas kepartaian atau kekuatan partai, tidak bisa dikalahkan,” kata Ujang kepada Republika, Senin (11/3/2024).

Sementara itu, saat berbicara soal capres-cawapres yang diusung, hal itu menjadi pertimbangan tersendiri untuk masyarakat di Bali. Sehingga sekalipun para pemilih di Bali telah menjatuhkan pilihan pada PDIP di Pileg, belum tentu mereka memilih paslon Ganjar-Mahfud.  

“Kalau soal calonnya beda lagi. Dalam pemilihan yang sifatnya tertutup dan rahasia pemilih di Bali mencoblos partainya sebagai partai yang katakanlah pilihannya tapi pada saat yang sama tidak memilih capres dan cawapres, di situlah sebenarnya kekuatan identitas kepartaian lebih bagus dan lebih kental di Bali dibandingkan mereka harus mencoblos kandidat yang diusung PDIP,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ujang menyebut hal itu dipengaruhi pula oleh sosok figur capres-cawapres bagi masyarakat Bali. Menurutnya, kemungkinan mayoritas pemilih di Bali cenderung menyenangi figur paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, seiring dengan kemenangan mutlak paslon 02.

“Saya melihat figuritas Ganjar-Mahfud mungkin masih bisa dikalahkan oleh Prabowo-Gibran, ibaratnya ‘ya sudahlah kita coblos partainya, tapi untuk capres-cawapresnya 02’ bisa saja terjadi. Dan dalam konteks itu identitas partai di Bali lebih kuat dibandingkan figure capres-cawapres sehingga partai dicoblos, tapi capres-cawapres yang dipilih yang lain, yakni 02,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement