Kamis 07 Mar 2024 08:25 WIB

Nadiem: Kepala Sekolah Bertanggung Jawab Atas Kasus Perundungan di Sekolahnya

Nadiem menyebut pihakhya telah mengatur Permendikbudristek terkait perundungan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim menyampaikan sambutan saat pembukaan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Kelas Muda Angkatan 1, di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat, Jalan Wartawan, Kota Bandung, Selasa (6/2/2024). Dalam momen itu, Nadiem pun berpesan agar para wartawan tetap menjaga kualitas jurnalisme di tengah disrupsi informasi. SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim menyampaikan sambutan saat pembukaan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Kelas Muda Angkatan 1, di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat, Jalan Wartawan, Kota Bandung, Selasa (6/2/2024). Dalam momen itu, Nadiem pun berpesan agar para wartawan tetap menjaga kualitas jurnalisme di tengah disrupsi informasi. SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, kejadian kekerasan di sekolah harus bisa diselesaikan di sekolah. Menurut Nadiem, kepala sekolahlah yang bertanggung jawab untuk hal itu.

"Kepala sekolah di seluruh Indonesia bertanggung jawab atas kerentanan daripada perundungan dalam sekolahnya," kata Nadiem dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Rabu (6/3/2024).

Nadiem menjelaskan, pihaknya telah mengatur Permendikbudristek untuk hal tersebut. Nadiem mengatakan, peraturan itu dibentuk agar sekolah bisa membuat satgas pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan.

"Tapi tentunya ini butuh waktu untuk implementasi sampai satgasnya sangat efektif," tutur dia.

Nadiem menjelaskan, salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah melalui AN. Dia pun mengeklaim jika AN menjadi alat ukur kerentanan kekerasan di sekolah yang pertama di dunia. Buktinya, kata dia, hal itu bahkan selalu menjadi perhatian dunia.

"Asesmen Nasional untuk mengukur tingkat kerentanan terhadap kekerasan seksual, perundungan, dan juga intoleransi," jelas dia. Hasil AN itu kata dia akan ditayangkan melalui Rapor Pendidikan. Dan hal itu diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi kepala sekolah.

Berdasarkan data Kemendikbudristek, seluruh pemerintah daerah sudah mengakses Rapor Pendidikan, dan 90 persen di antaranya telah memanfaatkan informasi tersebut untuk perencanaan dan penganggaran berbasis data.

Begitu pun untuk satuan pendidikan, lebih dari 350 ribu satuan pendidikan di seluruh Indonesia sudah mengakses Rapor Pendidikan, dan hampir 90 persen sudah memanfaatkan untuk pembenahan berbagai indikator pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement