Sabtu 02 Mar 2024 06:45 WIB

Buka Muktamar IMM, Jokowi Sebut RI Berpeluang Lompat Jadi Negara Maju

Menurut Jokowi, Indonesia bukan sebuah negara kecil, tetapi negara yang sangat besar.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Jokowi saat membuka Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) XX Tahun 2024 di Kota Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (1/3/2024) malam WIB.
Foto: Antara
Presiden Jokowi saat membuka Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) XX Tahun 2024 di Kota Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (1/3/2024) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya berhati-hati dalam mengelola ekonomi dan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk menjaga kestabilan negara. Dia juga berharap, pemerintahan selanjutnya bisa menjaga kestabilan ekonomi dan politik.

"Mengelola ekonomi kita, mengelola APBN kita. Kita harapkan ke depan pemerintahan baru juga melakukan hal yang sama, hati-hati dalam mengelola negara sebesar Indonesia," kata Jokowi saat membuka Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) XX Tahun 2024 di Kota Palembang, Sumatra Selatan, Jumat (1/3/2024) malam WIB.

Baca Juga

Dia mengingatkan, Indonesia merupakan negara yang besar dengan jumlah penduduk hampir mencapai 280 juta. Sehingga setiap tindakan apapun harus dilakukan secara hati-hati.

"Karena Indonesia bukan sebuah negara kecil, tetapi negara yang sangat besar, negara yang sangat luas, dan penduduknya sudah hampir 280 juta sehingga setiap tindakan apapun kita harus berhati-hati terutama dalam mengelola ekonomi, politik. Harus penuh dengan kehati-hatian agar tidak keliru dalam mengelola negara," ucap Jokowi.

Dalam sambutannya, Jokowi juga menekankan pentingnya hilirisasi industri dan kehati-hatian dalam mengelola ekonomi nasional di tengah tantangan global. Meskipun tantangan global berat dan lanskap politik serta ekonomi dunia berubah secara dinamis, Jokowi menilai, Indonesia memiliki peluang besar untuk melompat menjadi negara maju.

Baca: Dua Mantan Ajudan Presiden Jokowi Jabat Pangdam

Hal itu juga sesuai analisis lembaga internasional, seperti OECD, World Bank, dan IMF. Menurut Jokowi, tantangan besar yang harus dihadapi tersebut justru bisa memunculkan peluang.

"Tidak ujug-ujug bisa langsung melompat, tapi tantangannya juga sangat besar. Oleh sebab itu, saya berikan contoh seperti tadi disampaikan adinda Abdul Musawir Yahya, hilirisasi," ujar Jokowi.

Dia pun mencontohkan upaya hilirisasi yang telah dilakukan, seperti pembangunan industri smelter oleh PT Freeport dan industri nikel, yang telah meningkatkan nilai tambah ekonomi. Langkah itu juga sekaligus menciptakan lapangan kerja.

Baca: Dua Kawan Baik Prabowo, Sjafrie Sjamsoeddin dan Glenny Kairupan

"Saya berikan contoh lagi yang kedua, nikel. Dibangun industri smelter. Saat kita mengekspor mentah bertahun-tahun ekspor mentahan nickel ore nilainya setiap tahun ekspor kita itu kurang lebih Rp 30-an triliun. Begitu smelter dibangun, ekspor kita mencapai Rp 510 triliun," ucap eks gubernur DKI tersebut.

Hilirisasi semua sektor...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement