REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo menekankan, pertahanan udara yang tangguh merupakan komponen paling penting dalam menjaga kedaulatan Republik Indonesia (RI). Dia menyebut, TNI AU senantiasa mengikuti perkembangan teknologi terbaru di bidang militer, khususnya terkait drone.
Hal itu sesuai dengan amanat Presiden RI Jokowi saat Rapim TNI-Polri di Mabes Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024). Menurut Fadjar, TNI AU sudah berkontribusi nyata lewat penggunaan teknologi unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat nirawak sejak 2015.
"Saya ingin menekankan kembali kepada seluruh perwira sebagai insan dirgantara, betapa pertahanan udara yang tangguh adalah komponen yang paling penting dalam menjaga kedaulatan negara Indonesia," ucap Fadjar saat membuka Rapim TNI AU Tahun 2024 di Gedung Puri Ardhya Garini, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (29/2/2024).
Fadjar menyampaikan TNI AU patut berbangga karena sudah mulai mempelajari, menginisiasi, dan mengoperasikan UAV sejak 2015. Alhasil, TNI AU mampu berkontribusi nyata dalam berbagai operasi gabungan TNI.
"Ke depan TNI AU akan terus dilengkapi dengan UAV dan UCAV (unmanned combat aerial vehicles) atau pesawat tempur nirawak yang lebih modern," ucap Fadjar.
Selain itu, TNI AU juga senantiasa melakukan pembinaan sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini, pihaknya mendidik dan meningkatkan kemampuan penerbang pesawat terbang tanpa awak (PTTA) melalui Skadron Pendidikan (Skadik) Pesawat Terbang tanpa Awak (PTTA).
"Kami juga mengirimkan personel untuk mengikuti berbagai pendidikan atau pelatihan di bidang UAV lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri," kata Fadjar.
Selain itu, Fadjar menjelaskan, teknologi drone dalam dua dekade terakhir telah bertransformasi menjadi kemampuan tempur yang presisi dan memastikan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh jajaran prajurit aktif dan adaptif mempelajari teknologi mutakhir demi kemajuan organisasi.
Kemampuan pertahanan udara yang tangguh, lanjut dia, tidak mungkin diwujudkan oleh TNI AU sendiri. Menurut Fadjar, perlu kolaborasi seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah, industri, akademisi, dan sinergisitas TNI/Polri untuk mewujudkan sistem pertahanan udara yang efektif.
"Kolaborasi, sinergisitas, dan kerja sama yang baik dengan seluruh elemen bangs adalah kunci utama yang harus dipegang teguh," ucap Fadjar. Rapim tersebut menghadirkan tiga narasumber, yaitu Wamenhan Muhammad Herindra, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Gita Amperiawan, dan Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso.