Sabtu 24 Feb 2024 09:49 WIB

Yanti Airlangga Sebut Perayaan Cap Go Meh Wujud Rasa Syukur

Para undangan mengenakan busana peranakan saat Cap Go Meh.

Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia (WBI) Foundation Yanti Airlangga saat menghadiri perayaan Cap Go Meh di Majapahit Lounge, The Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (23/2/2024).
Foto: dok wbi
Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia (WBI) Foundation Yanti Airlangga saat menghadiri perayaan Cap Go Meh di Majapahit Lounge, The Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (23/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia (WBI) Foundation, Yanti Airlangga, menuturkan, perayaan Cap Go Meh pada Jumat (23/2/2024) berlangsung meriah di Majapahit Lounge, The Dharmawangsa, Jumat (23/2/2024). Menurut Yanti, Cap Go Meh merupakan rangkaian perayaan Imlek yang paling ditunggu masyarakat Tionghoa. 

Cap Go Meh menjadi penutup rangkaian acara Tahun Baru China. "Jadi wajar, kalau acaranya pun diselenggarakan secara meriah. Bagi masyarakat Tionghoa sendiri, hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur agar segala urusan dan keinginan di masa mendatang dapat berjalan lancar," kata Yanti, dalam keterangan, Sabtu (24/2/2024).

Baca Juga

Anggota WBI Didi Budiarjo mengaku para undangan mengenakan busana peranakan saat acara Cap Go Meh bersama Warisan Budaya Indonesia. "Busana dengan gaya Peranakan adalah asimilasi budaya Tiongkok dengan Indonesia, salah satunya kebaya encim, yang biasa dikenakan perempuan Tionghoa yang telah menikah," kata Didi.

Ia menuturkan, Kebaya Encim biasanya dipadukan dengan kain batik dari berbagai daerah di Jawa seperti Semarang, Lasem, Tuban, Surabaya, Pekalongan, dan Cirebon. Motif-motif batik dari daerah dominan dengan warna-warna yang cerah ditampilkan seperti merah muda, kuning, ungu, oranye, biru, serta hijau. Motif yang banyak ditonjolkan adalah motif bunga dan burung merak.

Pakaian lain yang juga menjadi ciri khas peranakan adalah Cheongsam, yakni salah satu jenis kostum tradisional perempuan Cina. Di Indonesia, Cheongsam menjadi kaya karena dibuat dengan perpaduan kain batik Indonesia yang motifnya mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina.

Turut memeriahkan acara adalah peragaan busana dari beberapa disainer WBI Nita Seno Adji, Putroh, Putri Pare, Wilsen, Ghea Sukasah, Mel Ahyar, Carmanita, Didi Budiardjo, Danny S & Denny Wirawan. Acara Cap Go Meh juga menghadirkan karya dari Akhsan, Jana, Tiyasa, EPA, Eko Kemenko, dan Mariko. Semua dikemas dalam sentuhan budaya Peranakan yang kental dan menawan.

Hal senada juga disampaikan pengurus WBI Sjamsidar Isa, menyampaikan lazimnya acara Cap Go Meh, acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional Tionghoa. "Acara Cap Go Meh sekaligus menjadi momen peresmian Galery WBI Store di Bimasena. Di galeri yang berlokasi di Majapahit Lounge ini, nantinya pengunjung bisa melihat dan membeli aneka produk wastra dan kerajinan budaya Indonesia yang merupakan karya UMKM budaya. Galeri WBI juga diharapkan bisa menjadi tempat pecinta budaya berkolaborasi menampilkan karya-karya mereka," kata Sjamsidar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement