Kamis 22 Feb 2024 20:11 WIB

Kopi Kintamani Terus Didorong Tembus Panggung Dunia, Askrindo Kerahkan Dukungan

UMKM didorong untuk menjadi landasan ekonomi nasional.

Kegiatan salah satu petani kopi di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Foto: Dok. Bumn
Kegiatan salah satu petani kopi di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI -- Komuditas kopi kian menjadi andalan bagi masyarakat yang tinggal di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Puluhan kelompok usaha tani bermunculan sejak pertama kali warga setempat menanam biji kopi pada 1979 silam. 

"Waktu itu, presiden kita, bapak pembangunan Pak Soeharto memerintahkan tanah kami untuk ditanami kopi," ujar sesepuh Petani Kopi Arabika Langit Bali Gusti Ngurah Rupa memulai ceritanya di Bali, Kamis (22/2/2024). 

Baca Juga

Sosok yang juga merupakan Bendesa Adat setempat ini mengisahkan, saat itu, hingga 20 tahun kemudian, mereka hanya melakukan penanaman kopi. Barulah pada 1999, ilmu dari pemerhati kopi mengajarkan ia dan para petani untuk mulai melakukan budidaya kopi. 

"Itu pun hanya di hulu. Masih belum tahu apa akan membawa ke kesejahteraan, lalu kami ikuti proses, akhirnya terbiasa, ngebun bagus, mangkas bagus, panen bagus, kemudian 2002 ditingkatkan untuk kualitas, sebelumnya kami hanya memikirkan kuantitas," kata dia. 

Waktu terus berlalu hingga akhirnya kini, petani kopi menjadi profesi yang menjanjikan bagi warga setempat. Dibantu oleh berbagai pihak, para petani kemudian memahami cara memaksimalkan kopi hingga ke hilir. 

"Mulai dari budidayanya, pascapanen, lalu produk, roast bean, bubuk, dan kopi jadi, kami semua sudah paham caranya. Kini harga bisa tembus 200 ribu per kilo, gelondong merah 150 ribu/ kilo green been. Kami punya delapan subak yang satunya terdiri hingga 60 kelompok tani, tapi memang masih belum maksimal karena lahan sedikit," kata dia. 

Tanaman perkebunan Kopi Arabika di Desa Catur sendiri mencapai luasan 470 hektar. Kopi dibudidayakan secara tradisional, hanya menggunakan pupuk bio organik atau non kimiawi, tanpa menggunakan pupuk kimia atau anorganik, demikian pula dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman tanpa menggunakan pestisida kimiawi.

Seiring meluasnya ekosistem kopi, kedai-kedai kopi pun tersebar di desa ini. Selain menikmati kopi, pengunjung juga dapat menyaksikan pribadi para petani melaksanakan pengolahan kopi, mulai dari kopi gelondongan sampai menjadi kopi bijian yang mana produk ini akan ditargetkan bisa diekspor ke luar negeri.

Melihat potensi yang menjanjikan ini, dua entitas besutan Kementerian BUMN pimpinan Erick Thohir, Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Permodalan Nasional Madani (PNM) berkolaborasi untuk mendorong agar Kopi Kintamani bisa menembus pasar luar negeri. 

Kepala Sekretaris Perusahaan Cahyo Hari Purwanto mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan PNM dalam memberikan pendampingan hingga dukungan sarana prasarana kepada kelompok usaha tani kopi di Desa Catur. 

"Saya punya harapan bapak ibu bisa usahakan Kopi Kintamani sampai ekspor. Contohnya kami punya binaan di Padang, mereka bisa ekspor ke Turki dan Norwegia, kalo ada event kami diundang, kami kirim UMKM. Saya yakin para petani di sini bisa," kata dia dalam kegiatan penyerahan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) kepada para petani kopi setempat. 

EVP Pengembangan dan Jasa Manajemen PNM Razaq Manan Ahmad mengatakan, semangat BUMN dalam mendorong para petani kecil memang memerlukan dukungan banyak pihak. Ia pun mengapresiasi langkah Askrindo yang menjamin pinjaman sekaligus menyalurkan TJSL kepada sejumlah petani desa tersebut. 

"Kerjasama yang baik dan kami harap ini terus berlanjut," kata dia. 

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan, keberhasilan program Permodalan Nasional Madani (PNM) merupakan bukti keberpihakan pemerintah kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Erick mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pujian kepada program membina ekonomi keluarga sejahtera (Mekaar) binaan PNM. Program tersebut merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan daya saing UMKM.

"Kebijakan Bapak Presiden, sejak awal saya jadi Menteri BUMN, dan saya meyakini UMKM itu harus menjadi landasan ekonomi nasional, sehingga tidak yang besar saja terus berkembang, tetapi yang kecil harus terus bertumbuh dan untuk menjadikan pengusaha UMKM yang makin tinggi kelasnya, serta Insya Allah menjadi besar juga," ujar Erick, demikian dilansir dari Antara

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement