Kamis 22 Feb 2024 12:19 WIB

Peneliti BRIN Sebut Fenomena Ekstrem di Rancaekek Sebagai Tornado Pertama di Indonesia

Menurut Erma, tornado di Rancaekek itu tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Warga bersama petugas dari unsur terkait berupaya membereskan bangunan dan pohon-pohon tumbang akibat angin puting beliung yang terjadi di Jalan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Kamis (22/2/2024). Menurut Pakar klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, angin kencang yang merusak banyak bangunan di Rancaekek  diduga jenis badai tornado.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Warga bersama petugas dari unsur terkait berupaya membereskan bangunan dan pohon-pohon tumbang akibat angin puting beliung yang terjadi di Jalan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Kamis (22/2/2024). Menurut Pakar klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, angin kencang yang merusak banyak bangunan di Rancaekek diduga jenis badai tornado.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebut angin kencang yang terjadi di Rancaekek, Jawa Barat, tercatat sebagai kejadian ekstrem tornado pertama. Erma mengungkapkan, kriteria berdasarkan bukti-bukti yang ada sejauh ini menunjukkan itu merupakan fenomena tornado, bukan angin puting beliung biasa.

“Kriterianya masuk, kecepatan angin, radius putar, dampak, dan skala. karena kalau di meteorologi kita bicara soal skala,” ucap Erma kepada Republika, Kamis (22/2/2024). 

Baca Juga

Lewat akun X-nya, Erma menyampaaikan, kronologi foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam  mendokumentasikan fenomena ekstrem tersebut. Menurut Erma, tornado di Rancaekek itu tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia. 

“Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini,” terang dia.

Dia juga menuliskan, efek tornado berbeda dengan puting beliung. Di mana, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado, kata dia, minimal memiliki kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian BRIN, angin puting beliung terkuat 56 km/jam. Terkait angin kencang di Rancaekek, dia belum memberikan skala yang terjadi.

“Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” kata dia.

Pagi ini, Erma kembali mengunggah tulisan disertai foto yang membandingkan tornado di Ahrens, Amerika Serikat, pada 2004 dengan kejadian di Rancaekek, kemarin. Dalam unggahannya itu dia menuliskan, struktur tornado Rancaekek jika dibandingkan tornado yang biasa terjadi di Amerika Serikit memiliki kemiripan 99,99 persen.

“Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen alias mirip bingits!” tulis dia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement