REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR menjelaskan, Partai Golkar dapat dikatakan berhasil menguningkan Jawa Barat (Jabar). Menurut Yuda, ada beberapa faktor yang menyebabkannya, mulai dari mesin partai, M Ridwan Kamil, dan lainnya.
"Jawa Barat pernah dipimpin Golkar pada 2004, tahun ini kemungkinan Golkar menang di Jawa Barat. Itu ada banyak faktor. Di antaranya mesin partai, caleg, Ridwan Kamil, dan sebagainya," kata Hanta di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Meski tidak memiliki figur calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), menurut dia, secara nasional Golkar berhasil meraih suara terbanyak kedua versi quick count di berbagai lembaga survei. Merujuk quick count Poltracking Indonesia dengan data masuk 99,2 persen, PDIP meraih 16,36 persen disusul Golkar 14,59 persen
Direktur Riset Poltracking Indonesia Arya Budi menambahkan, data itu menunjukkan anomali. Pasalnya, Golkar bisa lebih unggul dari Gerindra yang memiliki Prabowo Subianto sebagai figur calon presiden (capres). Biasanya, sambung dia, suara partai yang punya figur capres lebih unggul dari partai lain.
"Golkar yang tidak mempunyai capres justru dia nomor dua, ternyata suara Golkar lumayan bila dibandingkan dengan Gerindra," kata Ary. Dia pun menjelaskan beberapa hal yang mendongkrak suara Golkar.
Menurut Arya, raihan suara Golkar yang terpotret lewat quick count merupakan akumulasi dari perolehan suara caleg mereka di berbagai daerah pemilihan. Khususnya di daerah yang menjadi lumbung suara, seperti Jabar.
"Dalam konteks ini PDIP dan Golkar yang cukup lumayan di hasil quick count, nomor satu dan nomor dua meskipun tidak ada yang menembus 20 persen, itu bisa jadi dikontribusi oleh yang memilih caleg," kata Arya.
Khusus di Jabar, Golkar berpotensi menyudahi dominasi PKS dan Partai Gerindra lantaran memiliki eks gubernur M Ridwan Kamil. Sebagai fungsionaris Partai Golkar, Ridwan Kamil yang memiliki popularitas tinggi berhasil menjadi magnet suara. Apalagi tahun ini istrinya, Atalia Praratya, menjadi caleg Golkar dengan suara terbilang banyak.
"Jawa Barat itu Golkar menang karena memang Ridwan Kamil sudah menjadi fungsionaris dan ada istrinya juga nyaleg. Jadi, basis pemilih Ridwan Kamil yang mengatrol suara Golkar," jelas Arya.
Meski Ridwan Kamil tidak maju sebagai caleg, dia punya rekam jejak sebagai gubernur dan wali kota di Jabar. Selain itu, popularitasnya juga tinggi. Sehingga keberadaan eks wali kota Bandung tersebut di Golkar menambah infrastruktur dan jangkar politik mereka di Jabar.
"Golkar juga partai dengan infrastruktur yang sudah cukup mapan di berbagai daerah, termasuk di Jawa Barat. Dedi Mulyadi pergi, RK masuk. Itu juga bisa berkontribusi. Jadi, ada infrastruktur partai yang cukup kuat di daerah," ujar Arya.