REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Politik Universitas Andalas, Asrinaldi, menilai pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Surya Paloh di Istana, Ahad (18/2/2024) kemarin tidak berkaitan dengan pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono, di Pacitan, Sabtu (17/2/2024). Menurut Asrinaldi, dua pertemuan tersebut memiliki konteks yang berbeda.
"Saya kita itu tidak berkaitan. Prabowo dan SBY kan sekarang di koalisi yang sama. Sedangkan pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh antara dua kubu yang berbeda untuk Pemilu 2024 ini," kata Asrinaldi, Senin (19/2/2024).
Asrinaldi menyebut Prabowo menemui SBY di Pacitan merupakan bagian dari konsolidasi koalisi Indonesia Maju yang menurut hasil Quick Count berbagai lembaga survei sudah menang di atas 50 persen atau satu putaran. Sehingga Prabowo dan SBY kata dia akan berbicara mengenai posisi strategis untuk kader-kader Partai Demokrat di pemerintahan Prabowo-Gibran periode 2024-2029.
Asrinaldi meyakini Demokrat akan meminta posisi menteri yang strategis karena merasa berjasa memenangkan pasangan 02 terutama di wilayah Jawa Timur.
"Apalagi Demokrat sudah 10 tahun tidak berada di dalam pemerintahan. Mereka masti ingin posisi strategis," ujar Asrinaldi.
Asrinaldi juga menduga keinginan SBY secara pribadi maupun elit Demokrat, supaya Ketua Umum yang juga putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendapatkan menteri yang penting.
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto bertemu dan berdiskusi dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Wakil Ketua DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono saat berkunjung ke Museum dan Galeri SBY-ANI di Pacitan, Jawa Timur, Sabtu (17/2/2024).
Selain menyampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat atas totalitas SBY dalam ikhtiar pemenangannya di Pemilu 2024, kesempatan pertemuan itu dimanfaatkan Prabowo untuk berdiskusi tentang membangun koalisi pemerintahan yang kuat di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran.