Kamis 15 Feb 2024 17:03 WIB

Citra Sebagai 'Partainya Jokowi' Ternyata tak Mampu Katrol Raihan Suara PSI

Menurut quick count LSI Denny JA, PSI diprediksi kembali gagal masuk ke parlemen.

Presiden RI Joko Widodo bersama ketua umum PSI Kaesang Pangarep, Sekjen PSI Raja Juli Antoni, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dan sejumlah kader muda PSI, bertemu di Sun Plaza, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (7/2/2024) malam. Presiden Joko Widodo kembali memiliki agenda bertemu dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep dan kadernya. Dalam pertemuan itu, mereka sempat makan mie bersama. Mengenai penilaian terhadap Kaesang memimpin PSI, Jokowi meminta menunggu hasil Pemilu 2024.
Foto: Dok Republika
Presiden RI Joko Widodo bersama ketua umum PSI Kaesang Pangarep, Sekjen PSI Raja Juli Antoni, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dan sejumlah kader muda PSI, bertemu di Sun Plaza, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (7/2/2024) malam. Presiden Joko Widodo kembali memiliki agenda bertemu dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep dan kadernya. Dalam pertemuan itu, mereka sempat makan mie bersama. Mengenai penilaian terhadap Kaesang memimpin PSI, Jokowi meminta menunggu hasil Pemilu 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Febrian Fachri, Antara

Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan, kampanye masif yang dilancarkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam beberapa bulan terakhir ternyata tidak menolong mereka untuk lolos ke parlemen. Pun demikian dengan citra yang dibangun, bahwa PSI adalah partai Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga

“PSI yang belakangan di 2-3 bulan terakhir begitu masif melakukan kampanye, lewat mobilisasi darat, kemudian lewat image yang dibangun sebagai partainya Pak Jokowi, ternyata tidak mampu menolong PSI untuk lolos ke parlemen,” jelas Adjie dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2/2024). 

Hasil hitung cepat atau quick count Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 LSI Denny JA memang menunjukkan adanya sembilan partai politik yang tidak lolos ke DPR RI. Ada PSI yang kembali gagal masuk ke parlemen dengan raihan suara hanya 2,71 persen dari syarat 4 persen yang diperlukan.

“Dari partai yang tidak lolos parliamentary threshold (PT) ini ada sembilan partai. Jadi ada sembilan partai versi quick count yang tidak lolos PT karena setelah ditambah margin of error 1 persen, tidak juga melampaui 4 persen. Partai-partai itu termasuk PSI,” kata Adjie.

Selain PSI, partai politik lain yang gagal lolos ke parlemen itu terdiri dari Partai Perindo, Partai Gelora, Partai Hanura, Partai Buruh, Partai Garuda, PBB, PKN, dan Partai Ummat. Adjie menjelaskan, partai yang gagal lolos tersebut ada yang sudah pernah mengikuti kontestasi pilek dan ada yang baru pertama kali.

Hasil quick count LSI Denny JA ini berdasarkan 99,6 persen data yang sudah masuk. Quick count ini dilakukan dengan metodologi multistage random sampling terhadap 2.000 responden atau TPS yang tersebar secara proporsional di 38 provinsi di Indonesia. Hasil quick count ini memiliki margin of error kurang lebih sebesar 1 persen.

 

Analis politik dari Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menyebut, ada dua faktor penyebab raihan suara PSI tak mencapai empat persen. Pertama, Kaesang terlambat masuk PSI.

Kaesang resmi masuk PSI pada 23 September 2023. Dua hari berselang, putra bungsu Presiden Jokowi itu didapuk menjadi Ketua Umum PSI. Namun, Kaesang tidak maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI.

 

"Itu menurut saya terlambat masuknya karena waktu itu DCT (Daftar Calon Tetap) sudah jadi, sehingga Kaesang ini tidak bisa menambah suara. Kalau dia jadi caleg, mungkin itu ada tambahan suara," kata Hendri Satrio ketika dikonfirmasi Republika, Kamis (15/2/2024).

Selain itu, lanjut Hendri, Presiden Jokowi juga tak fokus membantu memenangkan PSI. Jokowi lebih fokus membantu pemenangan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.

Faktor penyebab kedua, PSI hanya fokus menyasar pemilih muda. Padahal, semua partai politik kompetitor PSI mengejar pemilih semua rentang usia, termasuk pemilih muda.

"Sebetulnya semua partai politik di Indonesia itu punya sayap organisasi kepemudaan untuk merangkul anak muda. Jadi, saat PSI yang tidak punya organisasi sayap, kemudian merasa dirinya sudah diterima anak muda itu akan susah," kata Hendri.

 

photo
Hsil hitung cepat atau quick count Pilpres 2024. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement