REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melihat saat ini sudah saatnya menyiapkan lulusan dengan kompetensi dan keterampilan tingkat menengah-tinggi. Itu perlu dilakukan karena melihat kompetensi pada level bawah cepat atau lambat akan digantikan oleh mesin.
"Sudah harus mulai meninggalkan kompetensi-kompetensi pada level bawah. Karena yang bawah ini akan segera diganti oleh mesin. Itu yang kenapa kami mengatakan kita sudah mulai harus berangkat ke kompetensi level menengah-tinggi," ucap Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Kiki menyampaikan, jika lulusan vokasi hanya disiapkan untuk siap kerja, melaksanakan tugas-tugasnya saja tanpa kemampuan penyelesaian masalah dan berinovasi, maka akan menjadi sia-sia. Jika itu yang terjadi, maka ketika seorang lulusan vokasi bekerja di suatu industri, dia tidak dapat melakukan perbaikan di industri itu.
"Tapi kalau dia masuk ke industri, masuk ke masyarakat, melakukan tugas-tugas, lalu mampu berpikir, mampu berinovasi, memiliki gagasan bagaimana cara mengerjakan ini dengan lebih baik, kan itu menjadi lebih bermakna bagi pengembangan industri-nya itu sendiri, ketimbang dia hanya mengerjakan tugas-tugas yang repetitif," terang Kiki.
Dia menambahkan, kemampuan dan kompetensi tingkat menengah-tinggi yang dimaksud adalah kemampuan berpikir. Peserta didik di vokasi harus bisa belajar untuk bagaimana cara berpikir dan bagaimana cara belajar. Sebab, perkembangan di dunia industri terus berubah seiring perkembangan zaman.
"Cara bekerjanya di tahun 2023 begini, lalu 2025 ketika cara bekerja itu berubah, dia bisa mengerjakan dengan cara yang baru karena dia mampu belajar sendiri, karena dia mampu berpikir, dan yang paling penting adalah dia mampu berkontribusi di masyarakat," jelas dia.
Untuk mencapai itu, kata dia, memang membutuhkan upaya-upaya pembelajaran yang lebih baik di sekolah-sekolah. Para guru dan dosen harus lebih canggih, lebih baik penguasaan keilmuannya, lebih baik peralatan laboratoriumnya. Anak-anak didiknya pun harus lebih siap untuk diberi tantangan mengerjakan tugas-tugas yang lebih kompleks.
"Sekarang kita sudah bergerak ke sana, kita sudah mulai bergerak ke sana dan kita mendorong kalau misalnya ada perguruan tinggi. Jadi selama ini kan kita punya program-program hibah, kita arahkan program-program hibah itu hanya mendanai ide-ide dari perguruan tinggi, dari sekolah-sekolah yang mengarah pada inovasi," terang dia.