Selasa 23 Jan 2024 08:47 WIB

CSIS: Pembangunan Infrastruktur Air Bantu Perbaiki Sektor Pertanian

CSIS menyarankan pemerintah lebih banyak bangun infrastruktur air.

Ilustrasi infrastruktur air di Jawa Timur.
Foto: Humas Pemprov Jawa Timur
Ilustrasi infrastruktur air di Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior ekonomi Deni Friawan dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengungkapkan pembangunan infrastruktur sumber daya air oleh pemerintah membantu perbaikan sektor pertanian.

"Kalau sekarang itu ada perbaikan dari pembangunan-pembangunan infrastruktur sumber daya air, di situ ada sisi positifnya mengingat beberapa desa membangun pertanian seperti desa-desa di Jawa Tengah, desa di Mojokerto, Jawa Timur, pertanian desa wisata sehingga ada hal-hal yang baik," ujar Deni di Jakarta, Senin (22/1/2024).

Baca Juga

Dengan demikian, lanjutnya, terjadi peningkatan infrastruktur sumber daya air melalui pembangunan bendungan, rehabilitasi irigasi, perbaikan infrastruktur sumber daya air.

Peneliti CSIS menyarankan pemerintah lebih banyak bangun infrastruktur air di wilayah-wilayah yang belum tersedia sekaligus diselaraskan dengan empat pilar pertanian.

Empat pilar pertanian terdiri atas bibit, pupuk, manajemen pertanian dan pengolahan lahan serta manajemen pemasaran produk pertanian.

Kalau ada satu pilar saja yang hilang atau tidak terpenuhi maka sektor pertanian dapat mengalami masalah. Jadi keempat pilar pertanian harus terpenuhi.

"Petani harus mandiri di empat pilar tersebut, caranya adalah dengan melakukan integrasi pertanian di mana harus terjadi keterkaitan antara pertanian dan peternakan supaya menekan biaya produksi dengan menggunakan pupuk yang diolah dari kotoran hewan ternak. Jenis pupuk yang diolah dari kotoran hewan baik untuk tanaman pertanian. Sedangkan untuk pakan ternaknya berasal dari produk tanaman pertanian yang tidak terjual," kata Deni.

Terkait penjualan produk tanaman pertanian juga lebih baik mengandalkan sistem tanam ganda atau multiple cropping dibandingkan sistem tanam tunggal, sehingga jika ada satu tanaman yang gagal panen maka masih ada tanaman lainnya. Dengan demikian, harga produk pertanian menjadi relatif stabil melalui mekanisme pasar secara alami.

Di Pulau Jawa sendiri, lahan untuk produksi pertanian semakin terbatas sehingga perlu dilakukan intensifikasi pertanian di mana petani mengoptimalkan lahan yang terbatas melalui diversifikasi penanaman produk pertanian serta peternakan untuk pendapatan harian, bulanan dan tahunan sebagai investasinya.

Jadi kombinasi tersebut untuk intensifikasi pertanian di Pulau Jawa yang memiliki lahan produksi pertanian terbatas.

"Hal penting yang perlu diingat adalah kita tidak perlu memproduksi semua produk pertanian sendiri," ujar Deni.

Kalau jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki sedikit sehingga produktivitasnya sedikit, maka SDM yang tersisa lebih baik dialokasikan ke sektor industri atau jasa yang menghasilkan pendapatan lebih besar.

Selama masyarakat memiliki daya beli maka konsumsi untuk konsumsi suatu produk pertanian tidak harus dari dalam negeri.

"Karena di sektor pertanian tidak mungkin tidak melakukan impor. Kalau kita melarang impor maka harga produk menjadi mahal bukan hanya terjadi di kota namun juga di desa, karena masyarakat desa sendiri adalah net consumer. Maksud saya baik impor maupun produk pertanian dalam negeri harus seimbang," kata Deni.

Sebagai informasi, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun 61 bendungan dalam 10 tahun terakhir.

Ke depannya, pembangunan tersebut dapat terus dilanjutkan dengan membangun 50 bendungan baru setiap 5 tahun.

Hal ini dikarenakan Indonesia membutuhkan banyak tambahan tampungan air lagi untuk menghadapi cuaca ekstrem dan perubahan iklim, sehingga tidak ada pilihan lain untuk mengatasi banjir dan kekeringan, kecuali dengan menambah bendungan dan embung lebih banyak lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement