Tiga isu besar
Usai resmi dideklarasikan, IKAJI berfokus pada tiga isu besar yang menerpa dunia jurnalisme di Indonesia kini. Rommy Fibri mengatakan, ketiga isu tersebut adalah profesionalisme, bisnis, dan aspek etika.
Profesionalisme jurnalis kini menghadapi tantangan besar akibat perkembangan teknologi digital. Menurut Rommy Fibri, kini ada begitu banyak informasi yang beredar tanpa melalui proses verifikasi. Dampaknya, masyarakat mudah terpapar sebaran berita-berita hoaks.
“Aspek kelemahan yang paling berat dari soal profesionalitas adalah verifikasi. Sekarang ini, semua dicampur-aduk. Hal yang baru informasi, belum tentu benar, sudah langsung di-posting, naik cetak, mengudara, tanpa melalui verifikasi," ujarnya.
Mengenai aspek bisnis, Rommy menekankan bahwa kini lanskap sudah berubah. Sekarang, membuat sebuah media baru adalah perkara yang mudah. Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, semisal untuk menyewa gedung perkantoran dan percetakan. Bahkan, ada perusahaan yang membayar para 'karyawannya' dengan cara konsesi.
Cara-cara yang memangkas ongkos produksi belum tentu berpihak pada kesejahteraan awak media. Karena tidak ada kesejahteraan, maka yang diproduksi bukanlah berita-berita yang berkualitas, melainkan informasi yang tidak dan belum terverifikasi. Imbasnya, akan banyak aduan yang masuk ke Dewan Pers terkait produk jurnalistik yang tidak berkualitas. “Ini menjadi tantangan kita bersama,” kata Rommy.
Isu berikutnya adalah aspek etika. Menurut Rommy, medsos adalah new media yang menjadi bagian dari komunikasi massa. Sayangnya, aturan terkait medsos di Indonesia sampai sekarang tidak jelas. “Belum lagi ada medsos yang melakukan e-commerce,” ucapnya.
Untuk mengatasi ketiga isu tersebut, IKAJI mendorong pembentukan Dewan Media Sosial. Dewan ini bukan hanya diisi para jurnalis, melainkan juga kalangan ahli-ahli terkait, semisal pakar periklanan, pakar psikologi, pakar ilmu komunikasi, dan lain-lain. “Era digitalisasi urusannya bukan cuma berita. Ini menjadi concern IKAJI,” ujarnya.