REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perikanan Indonesia, anggota holding pangan ID FOOD, mendukung pemanfaatan ikan sebagai komoditas bantuan pangan untuk mengurangi stunting di Indonesia. Dikutip dari Antara, Kamis (30/11/2023), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, pada Oktober 2023, konsumsi ikan per kapita di Indonesia telah mencapai 56,48 kg. Dengan target ambisius, pemerintah berupaya untuk meningkatkannya menjadi 60 kg per kapita tahun 2023.
Namun, Indonesia masih menghadapi ketertinggalan dalam hal konsumsi ikan jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), meskipun memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan. Konsumsi ikan di Malaysia saat ini mencapai 80 kilogram per kapita, sementara Jepang bahkan telah mencapai lebih dari 100 kilogram per kapita.
Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia, Fajar Widisasono, menjelaskan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Kandungan tinggi protein dalam ikan dapat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Sebagai bagian dari perayaan Hari Ikan Nasional ke-10 pada 21 November 2023, PT Perikanan Indonesia, melaksanakan kegiatan sosial dengan mendistribusikan ikan tuna dan kembung kepada 300 murid sekolah dasar di wilayah DKI Jakarta. Sebanyak 650 paket ikan diberikan kepada anak-anak SD di sekitar Lapangan Banteng, sementara 300 paket disalurkan kepada ibu-ibu.
"Kami menyadari sepenuhnya pentingnya mengoptimalkan sumber daya laut Indonesia, khususnya ikan, sebagai solusi strategis dalam memerangi stunting," ujar Fajar. "Protein ikan, dengan kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung asam lemak omega-3, omega-6, dan omega-9 yang penting untuk perkembangan otak dan saraf anak. Ikan juga mengandung vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak di Indonesia."
"Ikan merupakan komoditas yang mudah diolah menjadi berbagai macam makanan, sehingga lebih variatif saat dihidangkan. Menyadari nilai gizi ikan yang tinggi dan mudah pengolahannya tersebut, berharap agar ikan perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari program pemerintah untuk penanggulangan stunting sebagaimana telur dan daging ayam," kata dia.
Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 24,4%. Angka ini masih di atas target yang ditetapkan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) sebesar 14% pada tahun 2030.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi stunting, salah satunya dengan meningkatkan konsumsi ikan melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) sejak tahun 2004. UNDP melaporkan bahwa potensi kekayaan laut Indonesia mencapai 2,5 triliun dolar per tahun, sementara baru dieksplorasi sekitar 7%. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan konsumsi ikan nasional mencapai 62,05 kg per kapita pada tahun 2024.
"Kami berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan konsumsi ikan. Kami siap menyediakan ikan segar dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk untuk program bantuan pangan stunting," kata Fajar.
Fajar menambahkan, ketersediaan dan pasokan ikan dalam program bantuan pangan stunting dapat didiskusikan kembali. Ikan tidak harus dibuat dalam bentuk beku, tetapi juga bisa dikemas tanpa bahan pengawet dengan dikalengkan dan divakum. Dalam bentuk kemasan tersebut, ikan bisa bertahan cukup lama dan harganya juga lebih terjangkau.
"Kami yakin bahwa potensi ikan sebagai sumber nutrisi dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi stunting di Indonesia. Kami siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut secara maksimal," ujar Fajar.