REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga melihat saat ini porsi perempuan di Indonesia sudah mencapai setengah dari populasi penduduk. Menurut dia, dengan angka tersebut maka peran perempuan akan turut menentukan arah pembangunan ke depan.
"Untuk itu hal ini harus menjadi perhatian semua pihak, karena pada dasarnya pemberdayaan perempuan bukan tentang pemberian kekuasaan tetapi memberikan peran untuk bisa tumbuh dan tangguh menghadapi kemajuan zaman," kata Bintang dalam siaran pers, Kamis (30/11/2023).
Hal itu dia sampaikan dalam Indonesia Women Leaders Forum 2023 yang digelar oleh Universitas Indonesia (UI) melalui unit usahanya, Daya Makara dan UI Leadership Development Center (UI LDC). Bintang berharap forum itu dapat menjadi ajang pemimpian perempuan bersatu dan berbagi ide, gagasan, dan lainnya.
"Apalagi tahun ini Indonesia memasuki tahun politik yang mana perempuan diharapkan bisa berperan dalam memberi perspektif berbeda dan harus dipastikan setiap suara perempuan harus didengar dan diakui dalam kancah politik," jelas dia.
Pada kesempatan itu pihak UI mengaku bangga dengan kemajuan perkembangan kepemimpinan di Indonesia, khususnya kepemimpinan perempuan yang semakin terlihat pengaruhnya di lingkup nasional.
"Sebagai universitas yang mewakili semangat perkembangan dan kemajuan bangsa, UI ikut bangga dengan kemajuan perkembangan kepemimpinan di Indonesia dan khususnya kepemimpinan perempuan yang makin terlihat pengaruhnya di lingkup nasional bahkan internasional," ucap Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Unit-Unit Usaha di Lingkungan UI Zakir Machmud.
Zakir mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan proporsi perempuan di Tanah Air sudah mencapai angka 32,26 persen pada 2022. Sejalan dengan itu, proporsi perempuan yang menduduki posisi manajerial mengalami kenaikan yang terbaca sejak 2015 hingga 2022, dari tingkat 22,32 persen pada 2015 menjadi 32,26 persen pada 2022.
"Kenaikan dua digit ini tentunya punya arti yang cukup besar di lapangan. Angka ini sempat menyentuh 33,08 persen pada 2020, kemudian menurun di tahun 2021 sebesar 32,5 persen dan berlanjut mengalami penurunan hingga tahun 2022 di tingkat 32,26 persen," jelas dia.
Dia menambahkan, ketika dunia terguncang oleh pandemi, banyak pemimpin perempuan juga kehilangan posisinya. Tapi, pihaknya melihat kaum perempuan jadi lebih kuat karena banyak yg jadi penopang keluarga, perawat keluarga dan guru bagi anak-anak.
"Banyak yang menemukan cara baru menghasilkan bagi keluarga dengan bekerja dari rumah, dan menjangkau kaum yang membutuhkan. Di sinilah keunikan perempuan yang menjadi kekuatannya," jelas dia.
Di perusahaan juga peran perempuan pemimpin semakin terasa dengan kepedulian pada lingkungan atau sustainability, pendidikan, dan banyak lagi hal lain. Semua ini menunjukkan perempuan dapat menjadi pemimpin yang cerdas, tangguh, kuat dan maju, sesuai dengan tema kegiatan.
Acara itu dihadiri lebih dari 200 perempuan pemimpin dari lintas sektor dan organisasi, menghadirkan tokoh-tokoh perempuan yang menginspirasi dari bidang-bidang pemerintahan, BUMN, korporasi, perusahaan, pengusaha, bahkan peneliti universitas.
Tujuan dari forum selama dua hari itu adalah agar para pemimpin perempuan mau membawa kepemimpinan mereka ke tingkat lebih tinggi. Di mana itu dilakukan dengan sepenuhnya merangkul dan memanfaatkan keunikan perempuan, kemampuan, kekuatan khas dan ketahanan mereka.
"Serta secara efektif mengatasi permasalahan unik perempuan, sambil berbagi dan memperkuat jejaring bisnis dan komunitas, dengan belajar dari mereka yang telah berpengalaman dan diakui secara nasional dan bahkan internasional," ucap dia.
Tidak hanya pemimpin perempuan, Indonesia Women Leaders juga mengangkat topik Partnering for Success yang mengangkat sisi para pria yang banyak bekerja dengan para perempuan pemimpin. IWLF menghadirkan Istamar dari Google Indonesia, Isma Natanegara dari Inke Maris PR, dan Martin William dari Daya Dimensi Indonesia.
"Para partisipan mengikuti acara tidak hanya mendengar dari para pakar, tapi juga berdiskusi dengan partisipan lainnya, lalu menghasilkan suatu kesepakatan bersama," kata dia.