REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah sukses menyelenggarakan CHI Awards 2018 dalam seni Wastra Nusantara-Batik, Yayasan Al-Maryati/ AlMar kembali menyelenggarakan CHI AWARDS 2023. Tahun ini, CHI Awards akan diberikan kepada sosok pelestari seni tari tradisional Indonesia.
Dalam siaran pers yang diterima Republika, kegiatan ini akan berlangsung pada 9 November 2023, di The Habibie & Ainun Library, Jakarta. CHI Awards adalah sebuah acara bergengsi yang ditujukan untuk menghargai individu yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan seni budaya di Indonesia.
Inisiator dan founder CHI, Dewita R Panjaitan, menjelaskan, CHI sendiri adalah kependekan dari The Cultural Heritage of Indonesia, yakni sebuah perkumpulan yang didedikasikan untuk turut serta berperan dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia. Untuk mencapai tujuannya, CHI akan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam menyelenggarakan program-programnya.
Indonesia dengan warisan budayanya yang kaya, memiliki banyak tarian tradisional dari seluruh penjuru nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan gerak tubuh manusia sebagai alat ekspresi.
Setidaknya terdapat tiga fungsi utama tari, yakni tari sebagai upacara ritual, tari sebagai hiburan pribadi, dan tari sebagai seni pertunjukan. Beberapa tarian ini telah mendapatkan pengakuan internasional, seperti Tari Saman dari Aceh, Tari Kecak dari Bali, dan banyak lainnya.
Tarian-tarian yang sarat makna ini tidak hanya menjadi sumber kebanggaan nasional, tetapi juga berkontribusi pada identitas bangsa. Untuk melestarikan tarian-tarian ini, tak dapat dimungkiri bahwa para maestro tarilah yang berperan besar.
Kiprah, komitmen, dan konsistensi mereka dalam menggeluti pasang surutnya dunia tari dengan kecintaan luar biasa perlu diacungi jempol. Beban mereka bukan hanya soal tanggung jawab pada tariannya, sebab tanpa disadari, setiap elemen yang ada di dalam sebuah tarian akan ikut hidup dan terlestarikan seiring mempertahankan hidupnya sebuah tarian.
Sebut saja pakaian para penari yang penuh pernik, detil dan bahkan bermakna mendalam, demikian pula dengan alat musik, gamelan, tabuh, gesek, serta lagu-lagu yang mengiringinya.
Belum lagi rias wajah yang khas, dan juga berbagai kisah menakjubkan yang ada di balik sebuah koreografi tarian. Mereka -para maestro tari- "memikul" semua itu dalam konteks pelestarian budaya selain juga mereka tetap dituntut untuk berkreasi menciptakan tarian orisinal dalam koridor kebudayaan masing-masing daerah yang membutuhkan sensitivitas pendengaran di atas rata-rata. Apabila mereka tidak memilikinya, akan sulit menyesuaikan jiwa gerakan tari dengan jiwa musik yang mengiringi tarian tersebut.
Berlandaskan pentingnya kebudayaan sebagai fondasi karakter bangsa, CHI Awards ini diselenggarakan sebagai apresiasi sekaligus pengingat akan sosok-sosok pegiat budaya Indonesia. Mereka adalah pahlawan dalam menghidupkan geliat kelestarian budaya sepanjang zaman agar tidak terlena oleh budaya luar dan untuk selanjutnya mampu diwariskan ke generasi berikut.
Tujuan lain CHI Award adalah sebagai media perusahaan melalui kegiatan CSR nya untuk lebih aware kepada kehidupan seni budaya Indonesia, khususnya pada sosok maupun wadah seni itu sendiri dan menjadi bagian dalam turut men-support agar warisan seni budaya Indonesia tetap terus terjaga.
“Keberadaan CHI dalam makna energi atau napas hidup (dalam bahasa sansekerta), diharapkan dapat memberikan energi/nafas bagi kehidupan Pelestarian Warisan Budaya di Indonesia. Semoga gerakan kecil ini bisa memberi manfaat besar bagi bangsa dan negara,” kata Dewita yang biasa disapa dengan Wiwit Ilham.