REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kontroversi ‘piramida’ di Danau Toba mendapat tanggapan dari pakar arkeologi nasional. Menurut arkeolog, struktur di Danau Toba tidak bisa disebut sebagai piramida. “Sampai saat ini, tidak ada data soal piramida itu,” kata Prof Truman Simanjuntak, arkeolog senior yang juga chairman of Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS), Jumat (27/10/2023).
Prof Truman berbicara dalam diskusi publik ‘Situs Gunung Padang dan Budaya Megalitik di Nusantara’. Turut berbicara dalam diskusi tersebut adalah arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Lutfi Yondri dan Prof Sutikno Bronto, peneliti sekaligus geolog gunung berapi.
Dalam beberapa pekan terakhir, sosial media diramaikan oleh tayangan yang memperlihatkan satu bagian dari bukti di Danau Toba. Di bukit tersebut terlihat seperti ada struktur berbentuk segitiga. Warganet menyebutnya sebagai ‘piramida’ Danau Toba. Warganet juga membandingkan temuan tersebut dengan Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Namun menurut Prof Truman, dalam menilai suatu situs publik harus tetap berpedoman kepada data valid. Prof Truman juga sudah berkomunikasi dengan komunitas lokal di Danau Toba terkait hal ini. Dari kesan yang dia dapatkan, warga Danau Toba amat antusias dengan temuan tersebut. “Mereka benar-benar tergiur, terpesona, mendengar ‘piramida’ Batak,” kata Truman.
“Ada piramida menempel di dalam gunung, di dalamnya ada macam-macam. Sengaja disembunyikan. Ada yang bilang struktur sama dengan (situs) Gunung Padang. Di kedalaman sampai 20 meter dengan berbagai tingkat bangunan dan tahapan pembuatan.”
Namun, ia tegaskan, “Tapi (saat) kita uji sama-sama, ada gak bukti, data, fakta itu. Tidak ada!” kata Truman menegaskan. Dari penelitian arkeolog, tidak dikenal temuan piramida di Danau Toba. Kalaupun ada tinggalan purbakala itu adalah bangunan megalitik (kebudayaan batu besar) yang ada di permukaan dan sudah diteliti. “Harus berdasarkan data dan fakta. Jangan keluar dari situ,” kata Truman, menekankan.