Jumat 27 Oct 2023 05:43 WIB

Sungai Lemau: Kerajaan Warga Suku Rejang di Pesisir Barat Bagian Selatan Sumatra

Kisah suku Rejang di pedalaman Sumatra

Pasar suku di wilayah suku Rejang, bengkulu, tahun 1941
Foto:

MARGA SUKU REJANG

Marga suku Rejang, seperti yang ditulis pada buku Bengkulu Dalam Sejarah karya Firdaus Burhan (Jakarta, 1988) memiliki empat marga besar yang dibagi berdasarkan empat buah Mego, atau pengelompokan rakyat suku Rejang dari tokoh legendaris yang dianggap suci atau keramat, dan menyandang gelar Biku.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka penduduk tanah Rejang terbagi dalam empat kelompok besar yakni:

  • Kepunyaan Biku Sepanjang Jiwo; disebut dengan Bang Mego Tubeui atau Tubai.
  • Kepunyaan Biku Bermano; disebut dengan Bang Mego Bermani atau Bermanai.
  • Kepunyaan Biku Bembo; disebut dengan Bang Mego Jekalang atau Jurukalang.
  • Kepunyaan Biku Bejenggo; disebut dengan Bang Mego Selupue atau Selupu.

Pengelompokan marga ini pun bertambah setelah diangkatnya Baginda Maharaja Sakti sebagai Raja Kerajaan Sungai Lemau yaitu Semitul. Adanya marga ini dikarenakan saat penobatan Baginda Maharaja, terdengar bunyi petir tunggal yang dalam bahasa Rejang disebut dengan “semitul”, atau sering disebut sebagai semitoa.

Dengan begitu, terdapat kurang lebih lima marga yang menjadi bagian yang padu dalam masyarakat suku Rejang.

Pengelompokan ini pun didasari pada tradisi yang melekat di masyarakat Rejang itu sendiri. Seorang anak, misalnya, dapat mengetahui asal Mego yang ia masuki berkat bentuk perkawinan tertentu yang telah dipergunakan kedua orang tuanya dan berdasarkan sistem perkawinan yang mana yang pada akhirnya memasukkan dirinya kedalam kelompok kekerabatan pihak ayah, pihak ibu, ataupun pihak keduanya. 

Berkat pengelompokan serta unsur genealogis silsilah atau keturunan ini, rakyat Rejang merasa bahwa mego yang mereka miliki adalah suatu ikatan pertalian darah antar masyarakat disana.

Pemukim atau dusun disana pun kebanyakan bermukim dengan mego yang berbeda-beda. Jarang ditemukan sebuah dusun yang hanya ditinggali oleh satu jenis mego dan biasanya mereka akan hidup berdampingan yang kemungkinan akan dipengaruhi oleh faktor lainnya yang akan saya paparkan setelah ini.

Lihat lanjutan tulisan pada halaman berikutnya.... 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement