Senin 23 Oct 2023 23:27 WIB

Sungai Cileungsi Hitam dan Berbau Menyengat, Ikan-Ikan ‘Mabuk’

Permasalahan pencemaran di Sungai Cileungsi belum teratasi.

Rep: Shabrina Zakariya/ Red: Muhammad Hafil
Bangkai ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) tergeletak di pinggir Sungai Cileungsi, kawasan Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023). Menurut Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) pencemaran Sungai Cileungsi sudah berlangsung lebih dari tujuh tahun, pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini ternyata tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang.
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Bangkai ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) tergeletak di pinggir Sungai Cileungsi, kawasan Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023). Menurut Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) pencemaran Sungai Cileungsi sudah berlangsung lebih dari tujuh tahun, pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini ternyata tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang.

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR— Permasalahan pencemaran di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor masih belum teratasi. Saat ini, air Sungai Cileungsi masih berwarna hitam dan berbau busuk, bahkan Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C), Puarman, menyebut ikan-ikan di perbatasan Sungai Cileungsi dan Cikeas ini seperti mabuk karena terdampak limbah.

Pantauan Republika pada Senin (23/10/2023), warna air di pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas terlihat berbeda. Aliran air Sungai Cikeas berwarna coklat dan mengalir deras, sedangkan aliran air Sungai Cileungsi berwarna hitam pekat seperti oli dan alirannya seperti mengendap. Keduanya bertemu di sebuah persimpangan, dan mengalir ke arah Kali Bekasi, Kota Bekasi.

Baca Juga

Ribuan ekor ikan yang terbawa arus Sungai Cikeas menuju perbatasan dua sungai tersebut berloncatan dan terlihat seperti mencoba berbalik arah menghindari Sungai Cileungsi. Hal itu pun dimanfaatkan warga untuk mencari ikan di Sungai Cikeas.

Sekitar pukul 12.00 WIB, ada dua orang pria yang menaiki perahu dari seberang Sungai Cileungsi dan menuju Sungai Cikeas. Tak lama setelahnya, ada seorang pria membawa jala dan mencoba mencari ikan di aliran Sungai Cikeas.

Puarman membenarkan fenomena ikan selama pencemaran ini. Menurutnya, kondisi ini tidak terjadi ketika kondisi normal atau dampak pencemaran tidak terasa. 

“Hanya terjadi ketika ada pencemaran Sungai Cileungsi. Begitu dia (ikan) ketemu dengan air limbah yang luar biasa seperti itu, ikan tuh pada mabuk. Makanya terlihat di pertemuan ikan pada lompat-lompat,” kata Puarman kepada Republika, Senin (23/10/2023).

Ia mengatakan, warga sekitar yang membutuhkan ikan biasanya mencari ikan di Sungai Cikeas, bukan di Sungai Cileungsi. Lantaran populasi ikan yang bisa dikonsumi di Sungai Cileungsi diyakini sudah minim. 

“Ikan Sungai Cileungsi mungkin populasinya sudah rendah karena sudah mau habis. Sudah berapa ribu ikan di Sungai Cileungsi mati dalam beberapa waktu terakhir,” jelasnya.

Meski tidak menyebut secara terperinci pada bulan apa, Puarman menegaskan, pada tahun ini kembali terjadi fenomena ribuan jenis ikan di Sungai Cileungsi mati. KP2C pun menerima laporan ini dari warga sekitar, yang pada tahun-tahun sebelumnya kerap memancing di sungai.

“Saya lupa, betul Pak Anto (warga) kirim ke kami. Sekitar enam tujuh bulan lalu. Tapi masih di 2023, bulan persisnya saya lupa. Beliau pernah sampaikan ke saya terkait ikan mati,” kata Puarman.

Diketahui, selama Agustus 2023, ribuan warga yang bermukim di sekitar Sungai Cileungsi dan Cikeas mengeluhkan air sungai yang berwarna hitam dan bau menyengat. KP2C pun kembali melakukan penelusuran untuk mencari sumber pencemaran dari hulu ke hilir.

Puarman mengatakan pencemaran Sungai Cileungsi ini sudah berlangsung lama, bahkan lebih dari lima tahun. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, dinilainya tidak efektif karena pencemaran yang diduga dari limbah industri selalu terjadi dan berulang.

Teranyar, Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menyurati Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, untuk meminta klarifikasi terkait permasalahan pencemaran Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor. Saat ini, Ditjen HAM Kemenkumham tengah menunggu jawaban dari Pemkab Bogor.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement