Kamis 19 Oct 2023 19:22 WIB

Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta, Dinkes DKI Ungkap Gejala Pasien

Satu kasus terbaru cacar monyet adalah warga Jakarta yang dilaporkan pada 14 Oktober.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet di rumah sakit Arzobispo Loayza di Lima, Peru. Kasus cacar monyet juga ditemukan di Indonesia.
Foto:

Epidemiolog Griffith University Australia Profesor Dicky Budiman mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi temuan baru kasus monkeypox atau cacar monyet di Jakarta. Ia memastikan bahwa risiko penularan penyakit tersebut sangat kecil bagi masyarakat umum dan penyebaran pun relatif lambat.

"Jangan panik karena yang pertama bagi masyarakat umum ini risikonya kecil sekali, kedua proses penularannya lambat ya," kata Dicky saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Dicky mengatakan, bahwa berdasarkan data global, kecenderungan penyebaran penyakit cacar monyet 99 persen hanya terjadi kepada kelompok pria yang memiliki perilaku berisiko tinggi. Kasus cacar monyet tersebut pun, kata dia, diprediksi tidak akan menjadi pandemi dan menyebar secara luas tetapi hanya epidemik.

"Ini semakin menguatkan bahwa kecenderungan penyakit cacar monyet ini akan jadi epidemik bukan pandemi akan menyebar tapi silent ya, karena dengan stigma yang kuat penyakit ini menyebar ke kelompok pria yang memiliki perilaku yang berisiko tinggi yaitu gay atau lelaki suka lelaki," ujarnya.

Meski pun sebaran dan angka kematiannya dinilai kecil, namun bagi kelompok rentan seperti penderita HIV, akan berdampak serius. Oleh karena itu, mitigasi dan pencegahan penyakit tersebut harus dilakukan oleh pemerintah melalui mekanisme atau strategi yang sama dengan pengendalian penyakit HIV.

"Ini membuktikan Indonesia tidak berbeda dengan dunia (kasus cacar monyet) maka peningkatan literasi penting perilaku hidup sehat terutama seksual sangat penting," kata dia.

Sementara, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan menilai kasus cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia hanya berpotensi menjadi epidemi lokal. "Potensi penyakit menjadi pandemi kecil, endemi, dan epidemi luas juga kecil. Epidemi lokal bisa terjadi," kata dr Iwan saat dihubungi di Jakarta, Rabu kemarin.

Ia menjelaskan, bahwa penyakit cacar air merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus jenis Orthipox yang disebut mirip dengan virus penyebab cacar (variola) tetapi bukan cacar air. Penyakit tersebut menurutnya kerap ditandai dengan sejumlah gejala pada tubuh seperti demam disertai bercak berair pada kulit, bahkan pada kelompok rentan bisa menyebabkan kematian.

"Penularan penyakit ini melalui kontak erat kulit," ujarnya.

Disinggung mengenai potensi terjadinya pandemi dari kasus cacar monyet, ia meyakini bahwa potensi tersebut relatif kecil dan hanya akan menjadi epidemi lokal. Namun demikian, kata dia, mitigasi terhadap penyakit tersebut harus tetap dilakukan melalui pengawasan penyakit infeksi emerging.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement