REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Erick Thohir menjadi pilihan cawapres teratas dari pemilih yang memiliki kedekatan dengan Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin di Jawa Timur. Keinginan itu tertangkap dari survei Poltracking Indonesia.
Direktur Riset Poltracking, Arya Budi mengatakan, pemilih yang merasa dekat dengan NU dan memilih Erick Thohir sebagai cawapres 20,8 persen. Angka ini jauh melewati raihan tokoh-tokoh NU lain di bursa cawapres.
Seperti Mahfud MD 17,2 persen, Muhaimin Iskandar 16,7 persen dan Khofifah Indar Parawansa 13,7 persen. Arya menuturkan, Jawa Timur merupakan pusat gravitasi NU, sehingga menarik untuk dilihat preferensi cawapresnya.
Khusus Jatim, ia menyampaikan, semakin menarik karena muncul empat nama yang memiliki kartu pencalonan sebagai cawapres potensial. Jadi, masih memungkinkan untuk dipilih baik Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.
"Dalam survei Erick Thohir memperoleh 20,8 persen. Selain Muhaimin Iskandar yang sudah dikunci sebagai cawapres Anies, ketiga figur lainnya masih memiliki kartu yang masih hidup sebagai cawapres," kata Arya, Rabu (11/10/2023).
Ia menilai, pilihan Nahdliyin yang dominan menginginkan Erick Thohir menjadi cawapres ini tidak terlepas dari aktivitas Menteri BUMN itu sendiri. Yang mana, selama ini memang sangat dekat dengan komunitas NU.
Arya menyebut, Erick Thohir selalu hadir dalam beberapa acara penting NU seperti peringatan Satu Abad NU di Sidoarjo. Bahkan, tidak cuma hadir, Erick Thohir merupakan Ketua Panitia Harlah 100 Tahun Nahdlatul Ulama.
"Ini sesuai dengan temuan survei, 80 persen responden yang merasa dekat NU memang inginkan Erick. Jadi, di akar rumput elektoral ET juga tinggi karena pesan-pesan di elit Nahdliyin sudah tertangkap di akar rumput," ujar Arya.
Dalam survei ini, Poltracking menetapkan populasi survei pemilih yang ada di Jatim, baik berusia 17 tahun atau sudah menikah. Pengambilan sampel ditetapkan secara Stratified Multistage Random Sampling.
Survei ini memiliki margin of error 3,1 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Survei dilaksanakan secara wawancara langsung pada periode 25 September-1 Oktober 2023 melibatkan 1.000 responden.