Menurut Rina, mayoritas warga Kabupaten Tasikmalaya yang terdampak keracunan itu sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Pasalnya, dugaan keracunan itu terjadi pada Ahad (8/10/2024). Pasien baru merasakan gejala pada Ahad malam.
"Malam senin bergejala, Senin diobati, sekarang sudah pulang. Di Cilawu masih ada yang dirawat, tapi kebanyakan orang Garut," kata dia.
Kendati demikian, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan epidemiologi di lapangan. Dikhawatirkan ada kasus tambahan atau hal lain akibat keracunan.
Berdasarkan penyelidikan sementara, Rina mengatakan, keracunan itu diduga karena warga mengonsumsi sate jebred. Sate itu dijual oleh seorang pedagang di Pasar Bojong Loa, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.
"Kami sudah ambil sampel makanan dan muntahan dikirim ke Bandung," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut Asep Surachman, pihaknya masih terus melakukan penyelidikan epidemiologi di lapangan. Pasalnya, data di lapangan masih terus bertambah.
"Lagi diupdate dulu datanya. Nambah lagi di lapangan," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Selasa (10/10/2023).
Menurut Asep, kasus dugaan keracunan itu menyebar di banyak lokasi. Sejumlah warga yang terdampak disebut merupakan warga Desa Sukamurni, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Sebagian lainnya adalah warga dari Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.
"Makanya kami masih investigasi," kata dia.
Ia menambahkan, pihaknya juga masih belum bisa memastikan penyebab pasti dugaan keracunan itu. Penyebab keracunan masih harus diselidiki lebih lanjut. Namun, yang pasti diduga sumber keracunan itu merupakan makanan.