REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jajanan cimin, membuat puluhan siswa SD keracunan di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Menanggapi kasus ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin mengatakan akan meminta Dinas Kesehatan untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
Apalagi salah satu korban dari SDN Jati 3, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, KBB, dilaporkan meninggal dunia usai mengonsumsi cimin maut tersebut.
"Itu saya akan meminta Dinas Kesehatan untuk lebih teliti. Mencari informasi, kenapa bisa sampai seperti itu. Mengecek seperti apa, tentunya dengan Dinas Kesehatan kabupaten (KBB)," ujar Bey, usai rapat pimpinan di Gedung Sate, Senin (2/10/2023)
Sementara menurut Kadinkes Jabar Raden Vini Adiani Dewi, pihaknya kini masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan ada atau tidaknya zat berbahaya dalam cimin tersebut.
"Jadi untuk sementara, laporannya bahwa untuk yang lain sudah sehat. Sekarang kami dalam tahap menunggu hasil pemeriksaan sampel di Labkesda Provinsi Jawa Barat. Kalau enggak Selasa (besok) atau rabu hasilnya akan keluar," katanya.
Sementara mengenai adanya korban tewas yang diduga akibat keracunan cimin, Vini mensinyalir ada faktor lain. Sebab sang anak mengidap penyakit Thalasemia atau kelainan darah.
"Memang ada satu yang meninggal, tapi ada penyakit dasarnya. Thalasemia. Memang anak ini rutin setiap bulan ke rumah sakit. Mungkin karena penyakit dasar. Tapi saya tidak berani menjawab karena memang secara klinis tidak terlibat. Tapi kalau dilihat dari penyakit dasar, (potensi penyebab kematian) cukup besar," paparnya.
Sebelumnya, pada Selasa (26/9/2023) pekan lalu, 34 siswa SDN Jati 3 mengalami keracunan usai mengonsumsi cimin. Saat ini pedagang cimin berinisial TA (74) sudah menjalani pemeriksaan dari pihak kepolisian dan harus melakoni wajib lapor, hingga hasil laboratorium keluar maksimal Rabu lusa.