REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai kepastian putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) membuat hubungan antara RI dan PDIP maupun Megawati Soekarnoputri menjadi semakin sulit.
Hal itu lantaran Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka yang menjadi wali kota Solo, merupakan kader PDIP. Apalagi, di PDIP ada aturan satu keluarga tidak boleh berbeda partai. Nyatanya, Kaesang seolah tidak mempedulikan hal itu.
"Kaesang gabung ke PSI tidak hanya soal pertarungan merebut pemilih antara PDIP dan PSI makin kencang. Tetapi, ini juga mempersulit hubungan Jokowi dengan PDIP, terutama Megawati," kata Arifki di Kota Padang, Sumatra Barat, Senin (25/9/2023).
Arifki melihat, peta pemilih PDIP dan PSI selama ini nyaris sama. Sehingga, apabila terus berada di bawah bayang-bayang PDIP maka PSI akan sulit mendongkrak perolehan suara demi bisa lolos ke parlemen.
Atas dasar itu, PSI pada Pemilu 2024 lebih memilih untuk mendukung capres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto. Padahal, PSI sebelumnya sudah menjatuhkan dukungan kepada ganjar Pranowo. "Ketika PSI mendekat ke Prabowo, pada momentum selanjutnya Kaesang bergabung," ujar Arifki.
Sejak ikut Pemilu 2019, sambung dia, PSI selalu menjadi pengikut setia Jokowi dan PDIP. PSI bahkan menjadi partai pertama yang mendeklarasikan Ganjar menjadi capres. Tapi, dukungan PSI kepada Ganjar tidak dianggap oleh PDIP.
Sehingga, menurut Arifki, PSI akhirnya bermanuver mendukung Prabowo. Padahal, pada Pemilu 2019, partai yang digagas Jeffrie Geovanie itu adalah rival dan sempat memberi Kebohongan Award kepada Prabowo.
PSI ingin dapat dukungan Jokowi...