Senin 18 Sep 2023 14:36 WIB

Dukungan Demokrat ke Prabowo Signifikan Jika SBY All Out Ikut 'Turun Gunung'

Demokrat disebut dapat diberikan tugas khusus fokus di Jawa Timur,

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambangi kediaman Prabowo Subianto untuk menyampaikan sikap dukungannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) itu, Ahad (17/9/2023).
Foto: Dok. Republika
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambangi kediaman Prabowo Subianto untuk menyampaikan sikap dukungannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) itu, Ahad (17/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,  oleh Fauziah Mursid, Nawir Arsyad Akbar, Antara

Partai Demokrat telah menyatakan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) 2024. Kunjungan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, pada Ahad (17/9/2023) menjadi simbol keseriusan dukungan yang diberikan Demokrat. 

Baca Juga

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai kehadiran Partai Demokrat di Koalisi Indonesia Maju dapat memberikan efek elektoral bagi Prabowo Subianto. Syaratnya, SBY banyak membantu dalam kontestasi Pilpres 2024.

 

"Peran Demokrat untuk Prabowo yaitu dapat memberi efek elektoral jika SBY all out dan turun gunung (memenangkan Prabowo)," kata Denny dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (19/9/2023).

Jika SBY mengerahkan kemampuan politiknya habis-habisan, kata Denny, maka bisa banyak membantu Prabowo memenangi Pilpres 2024 karena SBY memiliki pengalaman dan rekam jejak menang dua pilpres di tahun 2004 dan 2009.

Denny mencontohkan saat Pilpres 2004, SBY menang telak dengan selisih 20 persen di atas saingan terdekatnya di putaran kedua. Bahkan, di Pilpres 2009, SBY menang lebih 30 persen di atas saingan terdekatnya, sehingga Pilpres 2009 berlangsung satu putaran saja dengan tiga pasang capres.

Kemudian, lanjutnya, jika SBY all out, maka akan banyak sekali para pendukung lama presiden ke-6 RI itu ikut memberikan sokongan. Menurut Denny, SBY bisa mengajak kembali komunitas lamanya untuk mendukung Prabowo.

"Demokrat juga dapat diberikan tugas khusus fokus di Jawa Timur, karena itulah wilayah battle ground yang menentukan menang dan kalah seorang capres," kata Denny JA.

Denny mengatakan apabila bakal capres Ganjar Pranowo melawan Prabowo Subianto di putaran kedua Pilpres 2024, maka masing-masing kandidat memiliki keunggulan. Prabowo unggul di Jawa Barat dan Ganjar unggul di Jawa Tengah, sehingga Jawa Timur menjadi pertaruhan.

Oleh karena itu, siapa pun yang unggul di Jawa Timur akan besar kemungkinan unggul di keseluruhan pertarungan calon presiden. "SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur. Dia mendirikan museumnya di sana. Dibandingkan wilayah lain, Jawa Timur lebih hangat ke SBY dan Partai Demokrat," kata Denny.

Namun, menurut pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, dukungan besar yang dikantongi bakal capres Prabowo Subianto tidak memberikan jaminan kemenangan di Pilpres 2024 mendatang.

 

"Secara prinsip dukungan Demokrat ke Prabowo di atas kertas tentu bisa menambah kekuatan dan daya juang Prabowo di Pilpres 2024 ya. Tapi satu hal banyaknya dukungan partai termasuk dukungan Demokrat ke Prabowo tidak jamin apapun terkait dengan kemenangan," ujar Adi dalam keterangannya, Senin.

Adi mengatakan, dalam sistem pilpres secara langsung, konsep one man on vote menentukan dalam kemenangan calon. Karena itu, besarnya dukungan partai tidak menentukan tanpa diikuti suara para pemilih ke TPS.

"Di atas kertas memang seakan akan bisa menambah moral dan kekuatan politik Prabowo ya, Tapi itu tidak ada jaminan apa pun untuk memenangkan pertarungan. Karena pilpres itu bukan kuat-kuatan banyak dukungan partai tapi kuat-kuatan sejauh mana meyakinkan orang perorang untuk datang ke TPS dan memilih," ujar Adi.

Adi mencontohkan koalisi besar di Pilpres 2014 lalu ketika Prabowo-Hatta didukung oleh banyak partai, tetapi justru dimenangkan oleh Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Hal sama terjadi saat Susilo Bambang Yudhoyono-JK memenangi Pilpres pada 2004.

"Juga SBY 2004 dukungan partainya tidak terlampau banyak dan hanya diusung oleh partai-partai kecil tapi menang pilpres," ujarnya.

Untuk itu, besarnya koalisi Prabowo saat ini juga harus diimbangi dengan kerja-kerja mesin politik tiap partai. "Karena itu yang paling menentukan dalam pilpres itu adalah seberapa hebat dan seberapa kuat menyakinkan pemilih datang ke TPS itu," ujar Adi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement