REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senator DPD RI dari dapil Jawa Tengah, Dr Abdul Kholik, mengatakan ancaman krisis pangan, terutama beras, adalah nyata. Kondisi di lapangan harga gabah terus melambung tinggi meski di satu sisi, harga gabah yang semakin mahal itu menggembirakan petani.
''Perkembangan terakhir di Jawa Tengah harga gabah sudah mencapai Rp 800 ribu per kuintal. Ini akan cenderung terus naik sampai datangnya musim panen mendatang,'' kata Abdul Kholik, di Jakarta, Ahad (17/09/2023) malam.
Menurut dia, ancaman krisis pangan itu semakin nyata karena fakta yang ada seperti lahan sawah semakin terbatas. Tak hanya itu, infrastruktur irigasi juga banyak terbengkelai.
''Kehidupan petani sekarang semakin berat karena ongkos produksi terus meningkat dan pupuk selalu langka. Akhirnya, produksi gabah sulit untuk meningkat. Bahkan, musim panen terakhir produksi gabah petani turun sampai 50 persen. Pada sisi lain, impor beras yang selama ini dilakukan pemerintah untuk menutup kekurangan stok pangan tidak dapat dilakukan. Negara-negara penghasilan beras, seperti India, Thailand, dan Vietnam kini menahan ekspornya berasnya untuk menjamin keamanan pangan di dalam negeri sendiri,'' ujar Kholik.
Adanya hal itu, maka saat ini dibutuhkan revolusi sektor pertanian. Terutama untuk menjaga keamanan pangan di masa depan. ''Jika sekarang tidak dilakukan, lima tahun ke depan Indonesia akan mengalami ancaman krisis pangan yang lebih serius."
"Kami sekarang bertanya apa benar selama ini Indonesia sudah mengalami swasembada beras lagi seperti digaungkan pemerintah? Sebab, pada kenyataan kok seperti pepatah jauh panggang dari api,'' kata Abdul Kholik menegaskan.