REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten menyebutkan bahwa lahan pertanian sawah terdampak kekeringan di daerah itu bertambah hingga mencapai 567 hektare dari sebelumnya 201 hektare. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang Ujat Sudrajat di Tangerang, Jumat (15/9/2023), mengatakan dari ratusan hektare yang terdampak tersebut mengalami kekeringan dengan tingkat berbeda-beda, mulai dari sedang hingga berat.
"Rinciannya, kekeringan ringan 480 hektare, kekeringan sedang 67 hektare, kekeringan berat 20 hektare. Kemudian kekeringan puso 34 hektare," katanya.
Ia mengungkapkan, luas lahan pertanian dan persawahan di Kabupaten Tangerang itu merupakan dari total lahan sebesar 36.202 hektare. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang Asep Jatnika, membenarkan adanya penambahan sebanyak 567 hektar alami kekeringan. Fenomena kekeringan lahan pertanian itu merupakan dampak atas musim kemarau panjang atau El Nino yang melanda wilayahnya tersebut.
"Yang terancam puso itu ada 201 hektare. Dimana posisi sawahnya kekeringan, sudah tanam tapi belum fuso," tukasnya.
Dia mengungkap, lahan yang mengalami kekeringan itu mayoritas berada di 12 Kecamatan, yakni Kecamatan Cikupa, Sindang Jaya, Cisoka, Jambe, Tigaraksa, Jayanti, Kresek, Sukamulya, Gunung Kaler, Mekar Baru, Kronjo dan Panongan.
"Itu yang posisinya tanamannya terancam. 15 hektare di Sindang Jaya sudah terkonfirmasi fuso. Untuk mencegah dampak yang lebih luas, pihaknya telah menyiapkan skema pencegahan," ungkap dia.