REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk tim bantuan yang terdiri dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kerajaan Maroko untuk penanganan korban gempa di Maroko.
"Tim ini akan fokus pada pendistribusian kebutuhan dasar, makanan, air bersih, dan perlengkapan kesehatan, kepada warga yang terdampak," ujar salah satu anggota Tim Bantuan PCIM Maroko Jundi Abdurrahman dalam keterangannya di Jakarta, Senin, (11/9/2023)
Jundi mengatakan PCIM Maroko berencana untuk mengoperasikan tim bantuan selama 14 hari dalam fase tanggap darurat, guna memberikan bantuan kemanusiaan yang efektif dan tepat waktu.
PCIM Maroko juga fokus pada program dukungan kepada kelompok rentan, diantaranya ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, lansia, dan disabilitas.
Menurutnya, PCIM Maroko berupaya untuk menjangkau kebutuhan korban terdampak dengan lebih dalam melalui komunikasi dan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Hilal Ahmar di Chichaoua.
Sementara itu Ketua Pimpinan MDMC Budi Setiawan menyatakan pihaknya terus berkoordinasi, baik dengan lembaga kemanusiaan global maupun Pemerintah Indonesia, mengenai langkah-langkah bantuan yang tepat sasaran.
"MDMC mencoba berkoordinasi dengan lembaga kemanusiaan dan juga pemerintah, sejauh mana kemungkinan kita ikut membantu meringankan duka warga Maroko," kata dia.
Sebelumnya gempa bumi mengguncang Maroko pada Jumat pukul 23.11 waktu setempat, atau Sabtu (9/9/2023) pukul 05.11 WIB, pada kedalaman 18,5 km, kata Survei Geologi AS (US Geological Survey).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 300.000 orang di Marrakesh dan sekitarnya terdampak oleh bencana tersebut. Dilaporkan lebih dari 2.000 orang tewas akibat bencana tersebut.
Sebagaimana yang dilansir dari Morocco World News, gempa tersebut diyakini menjadi gempa paling mematikan dalam beberapa dekade yang telah meluluhlantakkan pemukiman penduduk dan infrastruktur.