REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Bandung tembus mencapai 95 ribu kasus sejak Januari hingga bulan Agustus 2023. Angka kasus tertinggi terjadi pada Maret, Februari, dan Januari yang lalu.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung melaporkan total penderita penyakit ISPA hingga Agustus mencapai 94.479 kasus. Data tersebut diperoleh dari 80 puskesmas di Kota Bandung.
Pada Januari, kasus ISPA mencapai 14.149 kasus, Februari 14.867 kasus, Maret 15.468 kasus. April 12.800 kasus, Mei 14.079 kasus, Juni 12.885 kasus, Juli 10.231, dan Agustus 9.574 kasus.
"Memang itu ada kenaikan, saya cek ke puskesmas yah ada. Ada yang dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya, rata-rata ISPA dan diare ada kenaikan," ujar Kepala Dinkes Kota Bandung Anhar Hadian, Jumat (8/9/2023).
Ia mengaku menyelidiki penyebab lonjakan kasus ISPA di Kota Bandung. Hasilnya didapati mayoritas penderita penyakit ISPA terpapar karena kondisi cuaca panas di musim kemarau.
"Kalau dokter memeriksa itu nanya (ke pasien) nah pertanyaan saya tolong cek apakah kedaruratan sampah atau tidak, semuanya menjawab tidak ada karena kedaruratan sampah. Semuanya menjawab karena cuaca," kata dia.
Anhar menegaskan bahwa para penderita penyakit ISPA terkena bukan karena permasalahan darurat sampah. Namun, karena kondisi cuaca panas di musim kemarau serta dampak dari El Nino.
"Sejauh ini tidak ada (karena darurat sampah). Kalau faktor cuaca, seiring berjalannya waktu nanti turun sendiri," ujar dia.
Ia mengaku telah meminta puskesmas untuk memantau para warga yang berobat di tengah kondisi sampah yang belum dapat dibuang ke TPA Sarimukti karena kebakaran. Apabila ditemukan kasus untuk segera melakukan tindakan.
"Penyakit ISPA dan diare karena cuaca. Kenaikannya signifikan," kata dia.