REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan deklarasi pasangan capres dan cawapres Aneis Baswedan-Muhaimin Iskandar pekan lalu telah memicu kesibukan politik di poros lain. Yakni poros Koalisi Indonesia Maju pendukung Prabowo Subianto dan poros PDIP-PPP pengusung Ganjar Pranowo.
Najmuddin meyakini poros lain mulai matang-matang memikirkan figur yang akan dijadikan cawapres. “Anies dan Muhaimin membuat lawan sibuk untuk memetakan kekuatan politik. Karena pasti banyak perubahan peta kekuatan dengan duet tersebut,” kata Najmuddin, Kamis (7/9/2023).
Saat ini Anies-Muhaimin mulai menyusun tim kampanye nasional. Sedangkan Koalisi Ganjar kemarin yakni PDIP, PPP dan Hanura melakukan pertemuan untuk menetukan sikap yang akan diambil.
Sedangkan Prabowo baru-baru ini bertemu dengan keluarga Mantan Presiden Abdurrahmah Wahid atau Gusdur yakni Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid. Didiga pertemuan tersebut untuk berusaha menjalin kesepakatan supaya dapat meminimalisir perolehan suara Anies-Muhaimin di Jawa Timur.
“Prabowo misalnya meningkatkan frekuensi safari politiknya ke tokoh-tokoh baik formal maupun non formal. Kegamangan Prabowo pasca deklarasi Bacawapres KPP ini karena diduga pemilih Nahdhiyin akan berlabuh pada Anies-Cak Imin,” ujar Najmuddin.
Najmuddin menilai tujuan Nasdem dan Surya Paloh menggaet Cak Imin dan PKB mendukung Anies adalah untuk meraup suara maksimal di Jawa Timur. Surya Paloh menurut Najmuddin paham suara mereka di Pulau Jawa secara umum belum signifikan. Sehingga perlu tokoh sentral yang dapat meningkatkan perolehan suara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sedangkan PDIP dan Ganjar sejauh ini baru sebatas mengamankan suara di Jawa Tengah. Sehingga koalisi yang dikomandoi Megawati Soekarno Putri itu perlu memilih sosok cawapres yang dapat mengurangi kekurangan Ganjar dan mendapatkan suara signifikan di Jawa Barat dan Jawa Timur.