Selasa 05 Sep 2023 18:39 WIB

Bantahan Politikus Partai Demokrat Atas Penjelasan Anies di Mata Najwa

Salah satu bantah yakni soal Anies yang tak menyebut nama cawapres.

Rep: Teguh/Nawir/ Red: Teguh Firmansyah
Anies Baswedan didampingi Cak Imin beri komentar usai deklarasi Capres-Cawapres di Hotel Majapahit Surabaya, Sabtu (2/9/2023).
Foto: Republika/Alfian Choir
Anies Baswedan didampingi Cak Imin beri komentar usai deklarasi Capres-Cawapres di Hotel Majapahit Surabaya, Sabtu (2/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana menilai pernyataan Anies Baswedan di program Mata Nazwa ada unsur kebohongan dan banyak ngelesnya. Dari mulai soal tidak menyebut nama Cawapres hingga penjelasan menghubungi Ketua Umum Demokrat Agus Harimurthi Yudhoyono. 

"Pertama tidak benar Anies bilang selama pertemuan tanggal 24 dia dan Tim 8 di Cikeas tidak menyebut sama sekali nama Cawapres," ujar Cipta lewat kicauan di laman X seperti dikonfirmasi oleh Republika. 

Baca Juga

Kedua, lanjut Cipta, tidak benar bahwa Anies telah berusaha menghubungi AHY sampai tanggal 31 Agustus. Ketiga, Cipta melihat Anies pasrah dengan Surya Paloh untuk mengabaikan dua partai mitra lainya yaitu Demokrat dan PKS untuk diajak bicara. "Ini pelanggaran fatal terhadap kesepakatan Koalisi Perubahan," kataya. 

Terakhir,  Anies tidak menjelaskan siapa yang menggebrak meja. Pernyataan Anies, kata Cipta, bisa membuat publik menangkap kesan bahwa yang dia maksud adalah perwakilan Demokrat karena memaksakan AHY sebagai Wapres. 

"Perlu diluruskan yang gebrak meja adalah SP krn 'diserang' oleh Tim 8 utk segera lakukan deklarasi. Jadi tidak benar hanya Demokrat yang memaksa segera deklarasi," ujarnya. 

Sebelumnya, Bendahara Umum Partai NasDem Ahmad Sahroni mengklaim tidak ada penghianat dalam deklarasi Anies Baswedan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) karena itu adalah hasil dari lobi politik.

 "Tidak ada (penghianat), kan normal lah politik kan berbeda pandangan berbeda lobi berproses itu kan berjalan sampai titik daftar capres-cawapres nanti,  jadi semua itu masih dinamis," kata Sahroni kepada awak media di Bareskrim, Jakarta, Senin.

 Dia mengatakan bahwa di dalam area lobi politik semuanya bisa terjadi, tetapi dia menyayangkan narasi yang diungkapkan Partai Demokrat terkait deklarasi tersebut.

"Narasi yang diungkapkan oleh partai Demokrat sebenarnya bisa diredam dengan cara-cara politik yang lebih arif. Contoh, misalnya, Pak Surya disikat sana-sini kan enggak ada melawan dengan kapasitas bahasa keluar, misalnya, pembohongan, pengkhianat. Contoh lainnya belum jadi pemimpin saja sudah berkhianat," lanjutnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement