Penafsiran Reog Ponorogo Versi Ki Bantarangin
Hariadi sendiri tidak tahu pasti siapa pelopor reog Ponorogo versi Bantarangin. Namun, cerita ini terus diabadikan secara lisan sehingga menjadi legenda.
Reog Ponorogo versi Bantarangin ini tidak lepas dari keberadaan Kerajaan Bantarangin yang bertempat di wilayah Sumoroto. Saat itu, terdapat raja kecil sakti yang dikenal bernama Prabu Klono Sewandono
Kemudian di Kediri diketahui terdapat perempuan bernama Dewi Songgolangit. Ada banyak beberapa tokoh dan penguasa kecil yang hendak melamar perempuan itu termasuk Prabu Klono.
Dewi Songgolangit berkenan menerima pinangan asalkan seorang pria mampu menghadirkan sebuah tontonan yang belum ada sebelumnya. Maka itu, diputuskan Prabu Klono dengan sajian seni reog. Versi ini yang sekarang dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Menurut dia, reog Ponorogo versi sekarang lebih nyaman karena tidak ada nuansa politik, agama dan lainnya. Reog Ponorogo murni dianggap sebagai kesenian sehingga dapat diterima oleh kalangan manapun termasuk kaum santri. Sebab, kisahnya hanya berhubungan dengan romantisme atau perjuangan cinta.
Hariadi sendiri tidak mempermasalahkan dua versi tersebut karena dianggap sama saja.
"Ketika masyarakat dihadapkan dua pilihan mana yang diikuti, maka yang diikuti adalah tentunya jawabannya yang sekarang berjalan, diakui oleh masyarakat. Jadi tidak usah menanyakan mana yang benar karena itu sekarang berdasarkan yang dimaui oleh masyarakat seperti apa," ucapnya.