Instrumen reog Ponorogo itu ada kempul yang bersuara besar dan kenong atau biasa disebut ning dan nong. Kemudian terdapat harimau dan dadak merak di atasnya.
Berdasarkan penafsiran tokoh terdahulu, semua instrumen ini menandakan adanya proses meditasi untuk mengomunikasikan manusia dengan Tuhannya. Dalam konteks kebudayaan, reog Ponorogo bermakna adanya proses hubungan vertikal manusia dengan Tuhan.
Lalu dalam konteks hubungan sesama manusia atau hubungan secara horizontal, derajat manusia digambarkan melalui singa atau harimau sebagai seorang raja. Manusia ini harus mengingat Tuhannya yang kemudian ditandai dengan burung merak di atasnya. Burung merak diyakini oleh para pendahulu sebagai piaraan para dewa.
"Kemudian dari situ, sekarang ke garis lebih pendek, zaman sekarang. Itu reog Ponorogo menjadi produk budaya, yang kini disebut sebagai kesenian," kata dia menambahkan.
Penafsiran reog Ponorogo sebagai hasil produk kebudayaan nyatanya memiliki dua versi sejak dahulu. Dua versi tersebut, antara lain Ki Demang Suryangalam dan Bantarangin. Dua versi ini sekarang dikemas oleh generasi dengan melihat kira-kira yang mana diterima banyak pihak.
Lanjutkan baca pada halaman berikutnya...