Selasa 29 Aug 2023 21:09 WIB

Penyemprotan Eco Enzyme Jadi Upaya Kurangi Polusi dan Kebakaran TPA Ciangir

Eco enzyme dibuat dari limbah sayuran dan buah untuk perbaiki kualitas udara.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nora Azizah
Petugas melakukan penyemprotan larutan eco enzyme di TPA Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/8/2023). Penyemprotan itu dilakukan untuk mengatasi polusi dan mencegah kebakaran di tempat pembuangan sampah itu.
Foto: Republika/ Bayu Adji P
Petugas melakukan penyemprotan larutan eco enzyme di TPA Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/8/2023). Penyemprotan itu dilakukan untuk mengatasi polusi dan mencegah kebakaran di tempat pembuangan sampah itu.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Satu unit kendaraan pemadam kebakaran (damkar) diterjunkan ke tengah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Kota Tasikmalaya, Selasa (29/8/2023) sore. Kedatangan damkar itu bukan untuk memadamkan kebakaran, melainkan menyemprotkan larutan eco enzyme ke tumpukan sampah di TPA yang berlokasi di Kecamatan Tamansari itu.

Upaya penyemprotan larutan eco enzyme itu diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Tasikmalaya yang bekerja sama dengan komunitas pegiat lingkungan. Aksi penyemprotan itu disebut merupakan upaya untuk mengurangi polusi dan mencegah terjadinya kebakaran di tempat pembuangan sampah seluas sekitar 11 hektare itu.

Baca Juga

"Ini pertama kali DLH melakukan penyemprotan larutan eco enzyme di TPA Ciangir," kata Kepala Dinas LH Kota Tasikmalaya Deni Diyana di TPA Ciangir. 

Menurut dia, penyemprotan eco enzyme itu dilakukan untuk bau, polutan, dan sekaligus mengurangi kadar gas metana yang bisa menimbulkan kebakaran. Mengingat, belakangan banyak TPA di sejumlah daerah yang mengalami kebakaran.

Deni mengatakan, terdapat sekitar 10 liter larutan eco enzyme yang disemprotkan ke TPA Ciangir. Penyemprotan sore itu hanya merupakan langkah awal. Dinas LH Kota Tasikmalaya menyatakan penyemprotan itu akan dilakukan secara rutin ke depannya, sehingga kualitas udara di TPA Ciangir dapat membaik.

"Nanti petugas akan lakukan pengujian kualitas udara di sini. Kalau belum baik, kami akan lakukan lagi. Mungkin tahap pertama ini sepekan sekali, nanti bisa sebulan sekali," ujar dia.

Selain di TPA Ciangir, Dinas LH juga berencana melakukan penyemprotan larutan eco enzyme di beberapa ruang terbuka hijau di Kota Tasikmalaya pada Rabu (30/8/2023). Upaya itu dilakukan untuk memberikan nutrisi terhadap tanah dan membersihkan udara di Kota Tasikmalaya. 

Deni mengeklaim, saat ini kondisi udara di Kota Tasikmalaya masih dalam keadaan baik. Mesni begitu, kondisi yang baik itu tak akan bertahan apabila tidak ada upaya yang dilakukan untuk menangani polusi.

"Polusi yang ada juga harus ditangani. Jadi kondisi bagus itu harus dipertahankan. Salah satunya dengan cara ini," kata dia.

 

Mudah Diproduksi 

Ia menilai, larutan eco enzyme itu memiliki banyak manfaat. Cara untuk membuatnya pun cukup mudah dan murah.

Deni mengatakan, larutan eco enzyme yang disemprotkan ke TPA Ciangir sore itu didapatkan dinasnya dari komunitas pegiat lingkungan di Kota Tasikmalaya. Selama ini, para pegiat di komunitas itu memproduksi eco enzyme dari limbah sayuran dan buah yang masih segar, yang kemudian difermentasi selama tiga hingga empat bulan untuk dijadikan larutan. 

"Ini juga bisa jadi solusi sampah organik. Karena manfaatnya sangat banyak, antaranya untuk memperbaiki kualitas udara. Ini juga tidak berbahaya untuk makhluk hidup," ujar Deni.

Salah satu pegiat lingkungan, Devi Badrudin, mengatakan selama ini pihaknya menggunakan larutan eco enzyme untuk memperbaiki kualitas air sungai di Kota Tasikmalaya. Pasalnya, larutan itu dinilai dapat menjernihkan air sungai.

"Sekarang kami terus berupaya membersihkan sampah di sungai. Namun kendala, masih belum banyak kesadaran masyarakat. Jadi masih banyak yang membuang sampah ke sungai," kata dia.

Menurut Devi, pihaknya memproduksi larutan eco enzyme secara mandiri. Bahan yang dibutuhkan biasanya diambil dari sisa sayuran atau buah di pasar. Limbah itu kemudian difermentasi selama tiga bulan sebelum menjadi larutan. 

"Ini sangat mudah dipriduksi. Saya sendiri dapat sampah dari tukang sayur bekas. Dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 120 liter," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement