Senin 28 Aug 2023 18:43 WIB

Pancasila dan UUD 1945 Saling Terintegrasi

Pancasila dan UUD 1945 tak bisa dipisahkan.

Warga membawa lambang Pancasila saat karnaval Wahyu Makutaning Kamardikan di Panggung Festival Lima Gunung Desa Baleagung, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (24/8/2023).
Foto:

Implementasi Pancasila

 "Presiden Ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar TNI HM Soeharto selalu menyebut bahwa implementasi dari Pancasila yaitu Eka Prasetya Panca Karsa," tegasnya. 

 Agus mengatakan, Eka Prasetya Panca Karsa digali dan diilhami dari falsafah huruf Honocoroko yang merupakan ajaran luhur dari para leluhur. Ajaran ini menekankan pentingnya memahami dan  menemukan jati diri bangsa, sehingga pada gilirannya akan memahami karakter bangsa ini. 

 "Oleh sebab itu, Pancasila bukan hanya sebagai Dasar Negara saja tapi juga falsafah dan pandangan hidup bangsa serta sumber hukum dari segala hukum sangsa ini," tutur Agus Widjajanto.

 Terakhir, pria kelahiran Kudus Jawa Tengah itu menyatakan, salah satu implementasi Pancasila pada era Orde Baru adalah keterwakilan utusan daerah dan utusan golongan sebagai Anggota DPR RI. Kemudian urusan daerah diisi oleh para kepala daerah yang kebanyakan diangkat langsung dari kalangan militer sebagai konsekwensi adanya Dwi Fungsi ABRI dalam politik saat itu. 

 "Memang kurang demokratis, tetapi akan menjadi lebih kurang demokratis jika keberadaan MPR RI dikebiri, dihilangkan peran dan fungsinya seperti saat ini," katanya. 

 Meminjam istilah Guru Besar Tata Negara Unpad, Prof Gede Panca Astawa, keberadaan MPR RI saat ini diibaratkan layaknya orang yang tengah duduk di kursi dan digigit tengu (kutu; red). Penyelesaiannya, bukan mencari tengu namun justru menghancurkan dan membakar kursinya. Harusnya, implementasi kebijakannya yang dibangun kembali dalam struktur organ MPR nya, bukan Lembaga Tertinggi-nya. 

 Dari situlah sebenarnya masalah demi masalah bergulir yang berakibat krisis multi dimensi dari pada kondisi politik terjadi dan itu dirasakan langsung dampaknya oleh seluruh rakyat Indonesia. 

 "Jangan sekalikali kita melupakan Sejarah Bangsa ini. Kita harus sadar telah melakukan kesalahan dengan merubah desain besar awal yang dibangun oleh para pendiri Bangsa. Mendesain ulang yang sadar maupun tidak, berkiblat pada desain Bangsa lain bukan dari Budaya Bangsa sendiri," demikian Agus Widjajanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement