Senin 28 Aug 2023 17:30 WIB

Diklaim Kanan-Kiri, Pemilih Jokowi Dinilai Pengamat Masih Menanti

Pemilih dinilai masih menunggu sikap Jokowi siapa yang didukungnya di Pilpres 2024.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berjalan keluar stasiun usai meresmikan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Senin (28/8/2023). Kereta api ringan LRT Jabodebek resmi beroperasi dengan tarif sebulan pertama operasional sebesar Rp5.000 per orang untuk perjalanan jauh maupun dekat.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo berjalan keluar stasiun usai meresmikan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta, Senin (28/8/2023). Kereta api ringan LRT Jabodebek resmi beroperasi dengan tarif sebulan pertama operasional sebesar Rp5.000 per orang untuk perjalanan jauh maupun dekat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Ray Rangkuti, membantah pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menentukan pilihan untuk Pilpres 2024. Ray meyakini, pemilih Jokowi sampai saat ini masih menanti kepastian sikap Jokowi.

Kondisi ini yang membuat elektabilitas Prabowo stagnan dan elektabilitas Ganjar malah cenderung meningkat beberapa waktu terakhir. Apalagi, sikap Jokowi sudah menegaskan dirinya tidak memberi arahan apa-apa ke capres.

Baca Juga

"Dan 15 persen (pemilih Jokowi) yang dibayangkan kalau kita lihat survei tidak lebih dari lima persen ke Pak Prabowo. Jadi, sebenarnya mayoritas tetap menunggu siapa kira-kira yang akan ditunjuk Pak Jokowi," kata Ray, Senin (28/8/2023).

Ray turut menyoroti lemahnya kemampuan capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dalam meraup suara dari pemilih Jokowi. Bahkan, jika dilihat survei-survei yang ada angkanya tidak lebih dari lima persen.

"Artinya, 10 persen tetap wait and see dan boleh jadi pergi juga, tidak seketat yang dibayangkan terhadap 15 persen yang ditelunjuk Pak Jokowi," ujar Ray saat jadi pembicara dalam diskusi yang digelar Para Syndicate.

Menurut Ray, pemilih Jokowi ini tetap akan menanti siapa sosok yang nantinya dipilih sebagai capres. Karenanya, jika sosok itu dirasa tidak cocok mereka tetap akan menentukan pilihan sendiri, tidak mengikuti.

Ray turut memaparkan lima faktor yang membuat elektabilitas Ganjar kembali naik. Pertama, model pendekatan PDIP yang berubah, tidak lagi menunggu tapi mulai menjemput bola, tidak terkesan tidak butuh dukungan.

Kedua, mesin PDIP yang mulai bergerak dan terlihat mulai semakin ada kepercayaan untuk memasang gambar-gambar Ganjar di publik. Ketiga, sikap Presiden Jokowi yang menegaskan dirinya ada di tengah, bukan lurah.

Keempat, 15 persen pemilih yang ikut Jokowi tapi masih menanti. Artinya, Ray menekankan, pemilih Jokowi ini serta merta ikut kalau yang ditunjuk tidak melekat di diri mereka, sehingga tidak menjamin 15 persen suara.

"Sangat tergantung person siapa yang ditunjuk Jokowi," kata Ray.

Terakhir, naiknya pemilih milenial yang memberikan suara kepada Ganjar. Pergeseran terjadi karena sebelumnya hampir 30 persen milenial banyak memberi simpati ke Prabowo. Saat ini, banyak milenial kembali ke Ganjar. 

photo
Ke mana Jokowi berlabuh? - (Republika/berbagai sumber)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement