"Budaya Jawa itu hidup dan menghidupi simbol-simbol, kalau boleh berbicara tentang simbol, kita memaknai busana pak Jokowi ini sebagai bentuk penegasan dari beliau sebagai seorang pemimpin, " katanya.
"Itu saya rasa ada korelasi dengan pidato pak Jokowi di sidang MPR. Kita menggarisbawahi kata saya Presiden Indonesia dengan seorang pemimpin itu satu simbolnya." ujar Doni.
Menurut Dani pemakaian busana tersebut juga tidak melanggar paugeran atau aturan. Pasalnya keraton Kasunanan juga menjadi bagian dari Republik Indonesia.
"Kalau kita melihat budaya Jawa itu sifatnya lentur, jadi Pak Jokowi dalam konteks dia memakai busana itu sebagai pemimpin yang mempunyai latar belakang Jawa ya nah ini saya rasa tidak masalah," katanya.
Seandainya keraton mengeklaim itu hanya dipakai untuk pemimpin keraton, kan keraton secara legitimasi menjadi bagian negara Republik Indonesia ya? Jadi ini menurut saya tidak ada paugeran yang dilanggar," terang Doni.
Bahkan, menurutnya busana yang dipakai Jokowi adalah bentuk kreativitas baru yang menunjukkan perkembangan busana Jawa. Terutama lewat memadukan unsur antara Kasunanan dengan Mangkunegaran lewat penggunaan dasi kupu-kupu.
Selain itu, busana tersebut juga menurutnya adalah simbol pamit dari Jokowi, sebab masa jabatannya akan berakhir di 2024. "Beliau seakan menegaskan bahwa seperti saya ingat sekali kata kata Sri Sultan Hamengkubuwono IX ketika bertahta yang mengatakan meskipun saya belajar tentang Barat dan tinggal dengan orang Barat tetapi di mana pun saya adalah orang Jawa begitu juga dengan Pak Jokowi, bagaimanapun dia adalah orang Jawa dan akan kembali ke kultur di mana saya lahir dan dibesarkan itu Jawa dalam hal ini Solo diwakili busananya tadi sebagai simbol berpamitan," katanya.