Selasa 15 Aug 2023 16:49 WIB

Menkes Belum Pastikan Batuk yang Dialami Presiden Akibat Udara Kotor

Presiden meminta Kemenkes ikut menanggulangi udara kotor di sektor hilir.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin usai rapat pengambilan keputusan tingkat I terhadap RUU tentang Kesehatan di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (19/6/2023).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin usai rapat pengambilan keputusan tingkat I terhadap RUU tentang Kesehatan di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (19/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin belum memastikan batuk yang dialami Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebabkan oleh pengaruh udara kotor yang melanda kawasan Jakarta dan sekitarnya. Sebelumnya, Presiden Jokowi disebut agak batuk selama beberapa waktu belakangan.

"Presiden bilang beliau agak batuk-batuk kemarin," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri acara Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan 2023 di Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Baca Juga

Namun, saat ditanya apakah penyebabnya adalah kotor? Menkes Budi mengatakan, dugaan tersebut belum diperiksa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang berwenang. "Itu belum diperiksa," ujar Menkes.

Menurut dia, Presiden Jokowi telah memberikan arahan kepada Kemenkes untuk mengambil bagian dalam upaya penanggulangan udara kotor di sektor hilir, yakni melalui deteksi dini kesehatan paru-paru masyarakat menggunakan alat tes fungsi paru di setiap puskesmas pada daerah berpolusi tinggi.

Alat yang kini tersedia, kata Menkes Budi, bernama sprirometri yang dapat mendeteksi sejumlah penyakit yang dipicu udara kotor. Seperti asma, tuberkulosis, kanker paru, dan paru obsurpsi kronis.

Sektor hilir lainnya yang kini diperkuat adalah kesiapan fasilitas pelayanan di rumah sakit untuk mengobati pasien dengan keluhan gangguan pernapasan. "Itu sudah kita siapkan gimana perawatan di RS," kata Menkes Budi.

Seluruh laporan terkait pengaruh udara kotor bagi kesehatan masyarakat, kata dia, dikoordinasikan kepada kementerian/lembaga terkait sebagai bahan evaluasi. "Kami menjaga agar monitor kondisinya seperti apa. Kami laporkan ke kementerian yang handle sebabnya (udara kotor) dan kami siapkan kalau akibatnya terjadi pada masyarakat," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sekaligus Menteri ESDM Ad Interim Sandiaga Uno mengatakan Presiden Jokowi terkena dampak dari kualitas udara yang buruk dan tidak sehat di Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir.

“Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk katanya sudah hampir empat minggu beliau (Presiden Jokowi) belum pernah merasakan seperti ini dan kemungkinan, dokter menyampaikan, ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk,” kata Sandiaga setelah rapat terbatas mengenai polusi udara di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8/2023).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement