Senin 14 Aug 2023 10:03 WIB

Tentara Bayaran dalam Islam: Dari Budak Slavia Dinasti Fatimiyah Hingga Legiun Janissari

Dari peradaban Romawi hingga Islam tentara bayaran adalah fenomena lazim.

Pasukan elit Ottoman Jannissari. Pasukan ini sangat ditakuti di Eropa kala itu. Terdiri dari para rekrutan anak yatim di wilayah Ottoman dan pasukan bayaran dari berbagai negara di Eropa, teritama dari kawasan semenajnjung Iberia.
Foto:

Dari manakah asal tentara bayaran dalam masa kekhalifahan Islam?

Lalu dari manakah anggota tentara bayaran itu berasal? Ada dua kelompok besar tentara bayaran milik Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila. Anggota legiun tentara ini direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad. 

Kelompok tentara bayaran kedua adalah divisi yang anggotanya berasal dari Eropa Sakalaba atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slav. Bangsa ini memang saat itu bernasib sangat malang. Sebagai bangsa termiskin di Eropa Timur, mereka akhirnya harus menjadi budak untuk bertahan hidup.

Bahkan, kata slave dalam bahasa Inggris yang berarti budak, awalnya merujuk kepada nama bangsa 'Slav' (Slavia) ini. Para penguasa Fatimiyah mendapatkan tenaga militer bangsa Slav, dengan cara membeli dari pasar budak yang berada di sekitar wilayah Italia.

Sebagi tentara bayaran kemampuan bertempur mereka jelas tak perlu diragukan lagi. Baik bangsa Slav maupun Zawila sudah lama dikenal sebagai bangsa yang jago bertempur. Kekuasaan Fatimiyah ini kemudian memanfaatkan kemampuan tempurnya untuk menaklukkan berbagai wilayah, seperti Sisilia (948 M), Mesir (969 M), dan Sijilmasat serta Fez pada tahun 978 M. Mereka menyerbu tempat itu dengan dukungan kekuatan pasukan bayaran yang jumlahnya cukup besar, yakni mencapai 50 ribu hingga 100 ribu orang. 

Namun, selain punya kemampuan tempur yang mumpuni, ternyata beberapa orang di antara para legiun bayaran itu banyak mempunyai kemampuan berpikir yang cukup memadai. Salah seorang di antaranya adalah Jauhar. Dia adalah mantan budak Romawi keturunan Yunani Sisilia.

Ketika menaklukkan Mesir, seorang Khalifah Fatimiyah memerintahkan Jauhar (orang barat memanggilnya Jawhar) membangun kota baru, yang diberi nama Kairo (kini ibu kota Mesir modern). Batu pertama pembangunan kota itu diletakkan sendiri oleh Jauhar.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement